“Baiklah kami akan mengumumkan perusahaan yang berhak
menangani proyek ini, tetapi sebelumnya kami ingin menunjukkan sebuah video
kepada anda, yang terjadi di sebuah kafe 3hari yang lalu.!” Seru sang moderator
Lampu
di ballroom hotel sedikit diredupkan untuk memperjelas cahaya di layar putih
tersebut. Di video tersebut ada 2orang pria yang sedang duduk di dalam kafe,
mereka sedikit berbicara dan tak lama kemudian salah satu diantara mereka
mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya yang diyakini berisi uang, seorang
lainnya agak sedikit menolak, namun karena sepertinya terjadi paksaan akhirnya
orang itupun menerima uangnya.
Sontak
seluruh mata menatap kaget dan sinis ke seorang pria yang duduk di meja tengah
ballroom, seorang pria yang cukup tampan, dengan postur badan yang tegap tinggi
dan berkulit eksotis. Pria tersebut hanya bisa tertunduk dan berbicara di dalam
hati sambil mengepalkan kedua tangannya. “Sial!” gumamnya kesal.
“Walaupun kita tidak bisa mendengarkan apa yang mereka
bicarakan, namun gambar yang berdurasi 55 detik tersebut mampu memperjelas kita
semua bahwa telah terjadi suap-menyuap untuk memenangkan proyek tersebut. Oleh
sebab itu kami selaku Pusat Perusahaan dan Ketua Proyek kali ini
mendiskluafikasi Zgroup dan memberikan hukuman bersyarat untuk Zgroup. Dimana
Zgroup dilarang mengikuti perebutan hak penanganan proyek di tahun ini
khususnya yang nilainya miliyaran dan hanya boleh mengambil proyek dibawah 500juta.
Namun sanksi ini dapat berakhir, jika kurang dari 1tahun Zgroup mampu mengambil
proyek dengan nilai dibawah 500juta sebanyak 5proyek dan memiliki prestasi kepegawaian dan kepimpinan yang melonjak naik
juga kurang dari kurun waktu 1tahun. Lalu kami juga akan mengembalikan uang
cash senilai 500juta yang diberikan Zgroup pada karyawan kami. Selain
memberikan sanksi kepada Zgroup, kami juga memberikan sanksi kepada karyawan
kami yaitu diskors dari pekerjaan selama 6bulan dan 2bulan bekerja tanpa gaji
serta pengurangan tunjangan sebesar 30% selama 6bulan berikutnya.” Jelas
pembawa acara tersebut, yang membuat Zean Frendrich selaku pemimpin Zgroup dan
orang yang ada di dalam video tersebut kesal tak karuan. Ingin rasanya Zean
segera pergi dari ballroom hotel tersebut. Namun itu hanya akan memperburuk
imagenya di depan semua direksi dan direktur perusahaan lain.
Zean
terus mengepalkan tangannya dan mengehembuskan nafasnya tak beraturan “Baiklah
kami akan mengumumkan perusahaan yang berhak menangani proyek renovasi Istana
Bogor senilai 75m. Perusahaan yang berhak menangani proyek renovasi Istana
Bogor adalah perusahaan Biru Jaya Group selaku ketua dan perusahaan Mentari
Abadi Group dengan Taesan Group selaku perusahaan pembantu. Demikianlah acara
kita hariini. Semoga Biru Jaya Group dapat mengerjakan proyek ini dengan
maksimal dan mampu bekerja sama dengan baik bersama Mentari Abadi Group dan
Taesan Group.” Pembawa acara tersebut menutup acara diiring tepuk tangan dari
semua orang yang ada di ballroom tersebut kecuali Zean. Melihat wajah Zean yang
merah padam, Rasti sekertarisnya segera menepuk pundaknya tanda untuk
menenangkan dirinya. Zean segera berdiri dan pergi keluar dari ballroom
tersebut meninggalkan Rasti.
“Idemu berjalan sangat lancar sobat” bisik Dimas Garindra
sang direktur Biru Jaya Group pelan tepat di telinga Cecile yang tak lain
tangan kanannya dan sekertarisnya.
Cecile lalu tersenyum berat. Para direksi dan direktur perusahaan yang
hadir saat itu segera menghampiri Dimas dan Cecile, menyalami mereka dan
mengucapkan selamat. Zean melewati mereka dengan tatapan tajam tanpa berkata
sedikitpun !
“Brak !!” Zean memukul meja kerjanya, membuat semua orang
yang berada di ruang kerjanya kaget. Setelah pertemuan tadi, Zean segera
melakukan rapat mendadak dengan 5orang penting di perusahaannya, Dion, Rasti,
Fitri, Bian, dan Gina yang tak lain adalah teman-temannya sewaktu kuliah dan
juga orang-orang yang membantu Zean mendirikan Zgroup. “Sial, aku dijebak.
Seandainya waktu itu aku tak menuruti perintah si Dimas, pasti hal seperti ini
takkan terjadi” sesal Zean.
“Emang sebenarnya apa yang terjadi saat itu?” tanya Dion
penasaran.
Zean
pindah dari meja kerjanya. Dia lalu ikut bergabung dengan teman-temanya yang
duduk di kursi tamu. “Jadi tuh gini, sore itu Dimas ngajak aku ketemuan di
CornerCafe untuk membicarakan proyek tersebut dengan pak Willi, karena sesuai
prediksi perusahaan kami tentu akan bekerja sama. Lalu tak lama kemudian Dimas
pergi meninggalkan aku dengan pak Willi dengan alasan ingin ke Wc dan tiba-tiba
Dimas mengirim SMS ke aku dan bilang kalau dia ada acara mendadak dan harus
meninggalkan kami berdua. Ternyata Dimas juga meninggalkan amplop yang berisi
uang untuk pak Willi disitu dan dia memintaku untuk menyerahkannya uang
tersebut ke pak Willi dan aku yang menyerahkannya. Aku tak menyangka bahwa akan
terjadi hal seperti ini dan itu adalah fitnah !” Tegas Zean
“Kenapa
kita gak bilang aja ke pusat kalau ini adalah pemfitnahan” saran Doni disertai
anggukan Bian dan Gina.
“Kita
gak punya bukti otentik Don” Rasti mengomentari saran Doni. “Lagian sekarang
kita lagi dapat masalah kayak gini, kalau kita melaporkan ke pusat dan
mengatakan itu adalah pemfitnahan bisa saja Biru Jaya Group mengatakan kita
melakukan pencemaran nama baik, karena kita gak punya bukti otentik dan kita
bisa dikenai sanksi lebih berat” Fitri ikut menimpali komentar Rasti.
“Tapi
kan kita bisa bekerja sama dengan Pak Willi, memaksanya untuk jujur dan
mengatakan apa yg sebenarnya terjadi” Doni masih keukeh dengan sarannya.
“Percuma
Don, Pak Willi aja kena sanksi intinya kita gak punya bukti otentik untuk
menjatuhkan sanksi ke Biru Jaya Group” sahut Fitri.
“Ini
akan berdampak besar pada karyawan kita yang lain, Ze” Bian membuka suara.
Zean memegang kepalanya. Memejamkan kedua matanya. Dan
menghembuskan nafas beratnya “Kita tidak bisa mengikuti perebutan penanganan
proyek lain, serta tidak boleh mengambil proyek bernilai 500juta sampai
Miliyaran. Kita hanya bisa bermain di bawah 500juta”
“Tapi
kita dapat mengurangi sanksi itu apabila kita dapat memperbaiki prestasi kerja
kita, kepemimpinan dan kepegawaian. Serta sanksi kita dapat berkurang kalau
kita dapat mengambil 5proyek bernilai di bawah 500juta dalam kurun kurang dari
1tahun” Rasti seakan-akan memberikan sedikit ketenangan kepada Zean.
“Oke
mungkin itu bisa, tapi perusahaan mana yang mau bekerja sama dengan kita yang
nama baik dan reputasinya sudah hancur seperti ini. Serta kita mau dapatkan
modal dari bank mana? Pasti bank-bank juga sudah mendapatkan informasi ini dan
bisa dipastikan besok penanam saham di perusahaan kita akan berkurang setelah
mendengar kabar ini” Gina mengeluarkan pendapatnya. Hening. Semua terdiam.
Buntu. Pikiran mereka mendadak mati. “Belum lagi untuk membayar gaji 15
karyawan, mau dapat uang darimana?” tambah Gina.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruang kerja Zean. Dan
masuklah 5orang karyawan mereka. “Permisi pak, kami ingin memberikan ini”
seorang diantara mereka memberikan 5 lembar amplop coklat besar kepada Zean.
“Apa ini?” tanya Zean seraya membuka salah satu amplop, Zean membaca surat
tersebut “Surat pengunduran diri?” Zean kaget.
“Iya
pak, itu surat pengunduran diri kami. Kami yakin perusahaan ini tidak akan
mungkin bisa mempertahankan posisi kami setelah menerima masalah tersebut, jadi
kami harus mengundurkan diri. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat
kesalah kerja, maupun tingkah laku di mata bapak dan ibu sekalian. Sekali lagi
kami mengundurkan diri juga untuk mengurangi beban perusahaan ini” ujar salah
satu karyawannya, lalu mereka semua pergi meninggalkan ruangan itu. Zean mencampakkan
kelima amplop itu penuh amarah.
Kondisi Zgroup yang sedang kacau balau, berbanding terbalik
dengan kondisi Biru Jaya Group. Mereka justru sedang mengadakan acara syukuran,
makan-makan dengan seluruh karyawan dan direksi karena telah memenangkan proyek
terbesar di awal tahun 2013 yang bernilai 445m. Namun rasa kemenangan ini tidak
dirasakan oleh Cecille, dia justru terus-terus terbayang tatapan mata Zean,
setelah acara pengumumman proyek tadi dan dia terus terbayang raut wajah Zean
saat melihat video tersebut. Cecille pun memutuskan untuk meninggalkan keriuhan
yang ada keluar dari aula kantornya dan kembali ke ruang kerjanya untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
Cecille tidak bisa berkontrasi dengan pekerjaannya, dia
terus memikirkan Zean. Dia merasa berdosa karena memfitnah perusahaan yang
membuat Biru Jaya Group naik daun di tahun 2010 kemarin, karena berhasil
melakukan kerjasama yang baik dengan Zgroup menyelesaikan proyek senilai 650m,
hanya dalam kurun waktu 2tahun. Berkat bantuan dan bimbingan Zgroup, Biru Jaya
Group dapat menaikkan peringkat perusahaannya. Namun tahun ini Biru Jaya Group
malah berkhianat dengan group yang telah membantunya.
“Kreeekk” pintu ruang kerja Cecille terbuka dan Dimas masuk
“Kenapa kau tak ikut bergabung bersama kami?” tanyanya seraya menutup pintu
ruangan Cecille lalu duduk di hadapan Cecille.
Cecille menutup file-nya “Aku merasa berdosa dengan Zgroup
terutama Zean” ucap Cecille penuh penyelasan. “Aku baru saja membuka file 2010
dan aku membaca surat-surat kerjasama kita dengan Zgroup. Foto kita saat
bekerja sama dulu. Dan Zgroup lah yang membantu kita menaikkan peringkat
perusahaan kita sehingga kita bisa dipandang dengan perusahaan lain” tambahnya.
“Jika
kau terus memandang ke belakang kapan kau akan majunya? Sesekali kau harus
melupakan jasa orang di masalalu. Dan kita sendiri tidak tau kapan Zgroup akan
mengkhianati kita.” Ujar Dimas tanpa rasa bersalah.
Cecille menopang kepalanya dengan kedua telapak tangannya
sambil memejamkan kedua matanya. “Neeettt” suara printer di ruang Cecille
berbunyi tanda berhasil menge-print sesuatu, Cecille meraihnya “Apa yang kau
print?” tanya Dimas penasaran. Cecille menyerahkan selembar kertas itu pada
Dimas dengan pasrah. “Surat pengunduran diri?” tanya Dimas kaget “Kau ingin
mengundurkan diri saat perusahaan kita berada puncak kejayaan seperti ini?”
tanyanya tak percaya.
“Seharusnya
kita tidak berada disini. Seharusnya bukan kita yang berada disini. Ini bukan
tempat kita. Kita telah memilih tempat ini dengan curang dan aku harus keluar
dari sini” ujar Cecille pelan dan bangkit dari kursinya.
“BUKANKAH
KAU YANG MELAKUKAN INI !” seru Dimas saat Cecille sudah berada diambang pintu.
“APA LAGI YANG KAU SESALKAN? KAU YANG MEMILIH INI !” seru Dimas lagi membuat
Cecille tak bisa meneruskan langkahnya untuk keluar.
“Justru
karena aku yang memulai ini, maka aku pula yang harus mengakhirinya. Aku harus
mengembalikan apa yang seharusnya bukan ku miliki. Aku yang merusak aku pula
yang mengakhirinya” Cecille berkata pelan, lalu meneruskan langkahnya dengan
sigap Dimas menarik tangan Cecille. “Jangan pergi ! Jangan meninggalkan kondisi
seperti ini. Ini adalah milik kita sepenuhnya” Dimas menurunkan nada suaranya.
Cecille tak terpengaruh dengan perkataan Diman dan tetap memilih pergi dari
perusahaan itu. Seperginya Cecille, Dimas menyobek surat pengunduran diri
Cecille. “SIAL !” maki Dimas seraya menendang kursi di sebelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar