Rabu, 31 Oktober 2012

who will i be? who am i?

who am i?
pertanyaan ini selalu ada di kepala aku dan jawabannya
AKU AYURI KHALISHAH MEIDYNA
oke cukup tau bahwa aku AYURI

bagaimana aku?

seperti apa keadaanku?

mengapa semua seperti ini?

mengapa semua ini selalu berubah?

mengapa semua ini seketika hilang?

apakah aku frontal?

mengapa aku terlalu mudah tersentuh?

kenapa aku terlalu mudah menangis?

kenapa aku terlalu mudah terbawa suasana?

mengapa banyak yang mengatakan bahwa gayaku seperti seorang cowok?

apakah karena suaraku?

gaya ku?

emangnya aku kayak gitu?

aku tomboy?

perasaan aku feminim lah.

dan mengapa aku selalu merasa dibedakan dengan semua ini?

dan akhir dari semua pertanyaan ini adalah

mengapa aku membenci orang yang tau siapa aku sebenarnya?

apakah karena prinsip ini?

"MEREKA CUKUP TAU KETIKA AKU TERTAWA TETAPI TIDAK UNTUK KETIKA MENANGIS"

"MEREKA CUKUP TAU KETIKA AKU BAHAGIA TETAPI TIDAK UNTUK BERSEDIH"

"MEREKA CUKUP TAU KETIKA AKU SEHAT TETAPI TIDAK UNTUK SAKIT"

dan taukah mereka semua? bahwa sampai saat ini, aku masih tidak tau harus percaya kepada siapa? 

walaupun mereka berkata "PERCAYALAH PADAKU"

TAPI AKU TIDAK PERCAYA !

DAN GUE BENCI PERBANDINGAN



Jumat, 26 Oktober 2012

i hope its will be real part4

Ini mimpi? Ini kenyataan? Atau ini mimpi yang menjadi kenyataan? Aku terus bertanya saat dia....... Aku sadar. Ini nyata. Iya ini nyata, saat aku membuka mataku ternyata dia tepat di depan mataku. Dia memejamkan matanya, dan dia... dan dia.. dan dia... dan dia...“AHH’ aku mendorongnya sekuat tenaga. Dia terlepas. Dia menatapku lekat-lekat. Aku masih tak percaya bahwa kami tadi berciuman. Iya itu berciuman dan itu rasanya berciuman dengan orang yang selama ini kita sayangi kita sukai. Itu rasanya. Itukan rasanya? Hah? Bang Dika menciumku? Aku menatapnya. Dia menatapku juga. “its a first kiss?” ia membuka suara, memecahkan keheningan yang selama ini terjadi. Baru kaliini aku mendengar suaranya dan baru kali ini pula aku berciuman dan itu dengan dia. Dengan Ardika Gumilang. Aku terdiam. Speechless. Aku tak tau lagi apa yang ingin aku katakan , apa yang ingin aku ungkapkan. Aku masih berdiri disini. Terdiam. Terhenyak. Shock. Kagum. Senang. Unbelivable. Semua bercampur.
___
Aku mencengkram lengannya, lalu aku membawanya ke pondok karena dia terlalu lama berdiam diri di sudut lapangan ini, ditambah lagi hujan yang semakin lebat. Aku dudukan dia di bangku. Bibirnya pucat dan dia tampak menggigil. Aku membuka jaket merahku lalu aku membalutkan jaket merah ini di tubuhnya. Ia lalu memandangku. Dalam sedalamnya. “kenapa abang emmm men.....” sepertinya dia malu untuk mengucapkan kata ‘ciuman’ , aku langsung menjawabnya “aku sayang kamu” wajahnya sontak berubah. Ah aku bodoh mengapa tiba-tiba aku sampai senekat ini? Mencium seorang cewek yang aku sendiri belum tau siapa namanya dan sekarang aku malah langsung bilang kalau aku sayang sama dia. Yayaya aku memang sayang sama dia, tapi kan aku belum tau siapa namanya lalu kenapa aku langsung menciumnya saat dia akan menghampiriku. Ah bodoh, mengapa aku baru menyadarinya sekarang? Sial pasti dia akan sangat membenciku. Aku lalu menundukkan wajahku, aku sama sekali tak berani menatap wajahnya.
___
Hening. Tak ada satupun diantara kami yang berani angkat bicara hanya ada keributan dari dari tetes air hujan yang semakin lebat. Aku mencoba menatapnya yang duduk tepat disebelahku. Ia tertunduk diam. Aku mencoba untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi gimana dengan kak Tiara, bukannya aku udah janji kalo aku akan melupakan bang Dika?. “Bang Dika mantannya kak Tiara kan” aku mulai membuka suara. Memberanikan diri lebih tepatnya. Wajahnya yang semulanya tertunduk lemas, langsung menjadi kaget “tunggu sebelum aku menjawab itu lebih lanjut, siapa nama kamu?” bang Dika bertanya dengan tergesa-gesa. “Vella” jawabku datar dan apa adanya tanpa berfikiran apa-apa. “Bukannya nama kamu chika kan?” hah? Darimana bang Dika tau kalau namaku Chika? Jangan jangan.... “Kenapa kamu gak menjawab?” tanyanya membuyarkan lamunan ku. “emmmm aku... aku” ah sial aku bingung mau jawab apa. Apakah bang Dika udah tau, kalau yang waktu itu sms dia itu aku.
Yaa atas suruhan kak Tiara waktu itu, aku sengaja sms bang Dika pake nama Chika. Kak Tiara yang saat itu baru putus dengan Bang Dika, minta tolong sama aku agar bisa membuat mereka balikan. Tapi saat itu aku malah mempergunakan kepercayaan kak Tiara untuk menyatakan perasaanku pada bang Dika. Tapi saat itu aku adalah Chika dan bukan Vella. Bahkan saat itu aku gak ada bilang sama Bang Dika kalo aku sekolah di Ganesha International, lalu darimana dia tau kalo namaku Chika? “kenapa kamu diam? Kenapa kamu harus takut untuk mengakui semuanya?” tanyanya lagi. “iya aku Chika, Chika itu panggilan ku dirumah jadi sekarang bang Dika udah tau semua kan? Bang Dika udah tau gimana perasaan aku dan....” dia langsung memelukku. Lagi-lagi dia melakukan semuanya langsung dan spontan. Aku bener-bener gak ngerti. “Kenapa kamu gak mengakui ini semua secara langsung, kenapa kamu gak bilang kalo Chika itu kamu?” tanyanya. “Aku...aku... aku gak mungkin mengakui bahwa Chika itu Vella. Karena..... karena ada teman ku yang juga suka bahkan sayang sama bang Dika” jawabku masih dalam pelukannya. “Kenapa kamu harus merelakan perasaan kamu hanya demi teman kamu itu? Bukankah kamu tau bahwa yang salah itu teman kamu, dia yang ninggalin, dia yang selingkuhin aku, dia yang ngelupain aku jadi wajar kalau seandainya aku mutusin dia.” Jawabnya itu seakan dia tau bahwa “teman” yang aku maksud tadi itu adalah Kak Tiara. Aku lalu mendorong bahunya dengan pelan dengan maksud dia melepaskan pelukannya itu. “Maksud bang Dika apa?” tanyaku pura-pura bodoh seakan aku gak ngerti siapa yang bang Dika maksud. “Aku udah tau semuanya, aku mendengar percakapan kamu dengan Tiara di lapangan basket tadi...” haaaa dia denger semuanya “Kenapa sih kamu harus merelakan perasaan kamu ke aku cuman demi dia. Kamu tau sendirikan, dia yang ninggalin aku. Dia yang selingkuhin aku, dia yang jahat sama aku. Bukan AKU !! Wajar kalau aku ninggalin dia dan sekarang kamu mau nyuruh aku untuk kembali padanya? Gak mungkin !” ujarnya penuh emosi. Aku terdiam. Dan aku hanya benar-benar bisa diam. Aku gak tau lagi mau jawab apa. Bener juga sih apa kata bang Dika. Tapi....
___
Aku udah jelasin semua ke dia, dia yang kini aku tau namanya adalah ‘Vella’ dan dia juga yang bernama ‘Chika’ aku lega bisa tau namanya dan menyatakan semua perasaan ku padanya, tapi kenapa dia malah diam? Apa karena aku membentaknya terlalu keras? “Kamu marah sama aku” aku benar-benar merasa bersalah karena telah membentaknya. Dia hanya menggeleng. “Maafin abang, Vel kalo tadi abang bentak kamu” yeah baru kaliini aku manggil dia Vella. :D tapi kenapa dia masih diam. “Kamu kenapa?” aku mulai khawatir. “Aku..aku udah janji sama Kak Tiara kalau aku bakal ngelupain bang Dika” dia mencoba jujur padaku. “Vel, Vella tau kan yang salah itu Tiara, Tiara yang jahat sama abang bukan abang. Apa abang salah kalau abang ninggalin dia? Apa kamu mau maksa abang buat balikan sama dia? Percuma Vel. Abang gak akan perna mau” kali ini aku memberikan pemahaman padanya dengan nada yang yaaa bisa dibilang lembut laaahh sambil menatap wajahnya lekat-lekat “Tapi bang....” aku memotong pembicaraannya aku bosen kalo harus ngebahas Tiara “Sekarang Vella uda tau kan gimana perasaan abang? Dan sekarang abang juga udah tau gimana perasaan Vella. Apakah Vel....” kali ini malah aku yang memotong omongan aku sendiri. Aku baru ingat bukankah Vella udah ada cowok. “Kenapa bang?” tanyanya pelan “Vel, cowok yang biasa sama Vella tuh siapa?” tanyaku tanpa basa-basi lagi “cowok yang mana?” dia malah balik bertanya “itutuh yang kurus, tinggi agak item” aku mencoba mendeskripsikan cowok itu “ohhh, itu. Itu Adrian bang temen aku.” Temen? Dia bilang itu temen? Berarti dia gak punya pacar dong. Single. Ahahaa dia single. “kenapa abang senyum-senyum sendiri?” dia bertanya dengan sedikit senyumannya dan itu benar-benar manis. “ah enggak” ujarku agar dia tidak terlalu penasaran.  Dan dia hanya tersenyum kecil. Aku terdiam. Dia terdiam. Namun hujan belum juga diam, masih asik mengguyur bumi. Perlahan tapi pasti aku mendekatinya. Dekat. Dekat dan....
___
Suasana menghening lagi. Dan kami.... ah sial kenapa harus ini lagi. Terulang. Tapi ini kayak yang ada di tipi tipi gitu, di pilem pilem. Kissing pas hujan. Romantis gitu kesannya. Hahahha. Aku melepaskan bibirku saat dia masih melumat bibirku. Aku terdiam menatapnya sedalam mungkin. “Aku udah lama nungguin kamu. Nyariin kamu. Penasaran tentang kamu dan sekarang aku mohon jangan pernah pergi lagi. Aku ingin malam ini bukan hanya menjadi malam terakhir aku disekolah ini, tapi juga menjadi malam terakhir aku mencari cinta”  hah? Beneran nih bang Dika ngomong? Dia gak lagi tidur kan? “Kamu mau kan be the last for me?” tanyanya lagi. “its Real?” tanyaku tak percaya. “its like your dream. Do you want?” tanyanya lagi sambil mengenggam tanganku dengan erat. Aku hanya mengangguk pelan. Dia lalu memelukku. Aku balas memeluknya. Aku bisa merasakan kehangatan dari hatinya. Kak Tiara maafin aku ya, ini juga salah kak Tiara sendiri yang gak menjaganya cinta sejatinya kakak. Kalau kakak sayang, kenapa kakak harus selingkuhin bang Dika?
___
Akhirnya setelah sekian lama aku nunggu, rasa penasaran aku, rasa sesak aku, dan semuanya telah hilang. Kini ‘dia’ yang selama ini aku cari ada dihadapan aku dan tengah dalam pelukanku.
Tiara, ini semua salah kamu. Kenapa kamu ninggalin aku dulu? Kenapa kamu selingkuhin aku? Sekarang aku gak akan pernah kembali ke kamu. Karna aku uda nemuin yang lebih dari kamu, seseorang yang bener-bener sayang sama aku, yang tulus sama aku dan aku berharap dia yang terakhir.
            “Velaaaaaa” seseorang memanggil nama Vella yang sontak membuatku melepaskan pelukanku darinya
          “Bang desta” aku kaget luar biasa, jangan-jangan dia ngeliat kalo aku tadi pel..... “Ah absennya” aku menepuk keningku , aku baru inget kalo tujuan aku nyari bang Dika adalah minta tanda tangan kehadirannya. Tapi absennya basah.
          “Kenapa?” tanyaku saat aku melihat kepanikannya. “aku lupa, tujuan aku kesini tuh sebenernya untuk minta tanda tangan bang Dika” dia menyodorkan sebuah kertas yang sudah basah kepadaku. “Sini kertasnya. Kamu tunggu disini, biar aku yang ngurusin” aku meraih kertas itu. Lalu menghampiri cowok yang tadi manggil nama Vella.
            “Nih, absennya. Sorry absennya basah soalnya tadi dia jatuh” ujarku pada cowok yang sepertinya senior Vella di OSIS. Tampaknya dia tidak terima kalau absennya basah. “Kenapa? Mendingan kamu balik gih sana. Intinya semua anak ips3 hadir jadi gak perlu lagi tuh absen.” “yang bener bang?” tanyanya kepadaku. “Aku nih ketua kelas, aku tau siapa anak buah aku yang dateng. Udah sana pergi” aku mengusirnya dan sedikit berbohong, “Oya bang, bentar lagi giliran anak 12 buat nampil” ia memberi tau padaku. aku hanya mengangguk saja lalu membiarkan dia pergi.
            “Ada apa bang? Bang Desta marah gak?” tanyanya dengan cemas, saat aku kembali ke pondok. “ah enggak ada apa-apa kok, tenang aja.” Aku merangkulnya.
___
Bang Dika berhasil ngebuat bang Desta pergi tanpa perlu marah-marah sama aku. Gak tau kenapa kali ini aku benar-benar merasa lega. Senyumnya itu membuatku tenang.
Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundakku. Sepertinya dia udah mulai merasa nyaman dengan ku. Syukurlah. Aku biarkan saja dia seperti ini.
            “Aku fikir malam ini, aku gak akan bertemu denganmu” ujarku.           “Bukannya kita sering ketemu bang?”
            “yaa seriing sih tapi kan aku gak tau siapa nama kamu.”
            “nama aku kan chika” jawabnya dengan nada sedikit tertawa.
            “Kenapa sih kamu mau nolongin Tiara untuk balikan sama aku padahal kamu sendiri sayang sama aku?”
Dia membetulkan posisinya. Mengangkat kepalanya dari pundakku dan menyenderkan badannya di bangku “Abisnya kalo aku gak nolongin kak Tiara , darimana aku dapet nmr bang Dika” jawabnya jujur
“berarti kamu nolongin dia bukan karena kamu mau nolongin dia balikan sama aku dong.”
            “Nah itu uda tau ngapain nanya lagi”
            “Lalu darimana kamu kenal sama Tiara, bukannya Tiara itu senior yang paling gak disukai sama juniornya ya?”
            “Kak Tiara itu mantan pacarnya Bang Ridwan nah Bang Ridwan itu abang aku. Kak Tiara sama Bang Ridwan itu pacaran waktu mereka SMA kelas 11 makanya aku deket sama dia” “ooohh gitu” “Sebenernya dari awal aku uda bilang sama Kak Tiara, kalo bang Dika gak bakal mau balikan sama Kak Tiara, tapi tetep aja kak Tiara maksa aku yaudah aku iyain aja, tapi... aku bukannya malah bantu kak Tiara”
            “Kamu tau darimana kalo aku nggak bakal mau balikan sama Tiara? Aku kan gak pernah cerita tentang itu, lagipula kamu tidak pernah mempertanyakan tentang itukan?”
            “Secara gitu bang, yang salah itu kak Tiara, kan Kak Tiara yang selingkuh jadi wajar aja bang Dika gak mau balikan sama dia. Kayaknya semua orang uda pasti kayak gitu kali bang, siapa juga mau balikan sama orang yang uda gak setia lagi yang udah mengkhianti kita” jawabnya panjang lebar dan penuh kata-kata kiasan.
Aku lalu mengegenggam tangannya erat “Makanya kamu jangan pernah mengkhianati kepercayaan aku ke kamu ya. Aku mohon. Aku gak mau kamu pergi.” Aku langsung memeluknya seraya berkata “You’re my expectation”
            “And you’re my only hope” balasnya sambil tersenyum sangaat manis J
Tiba-tiba aku hape ku yang berada diatas meja berbunyi, aku melihat layar hape “Afrian?” “Halo yan” “Wei Cung, kau dmana? Acara udah mau mulai nih, sinilah cepeten” ujar Afrian di seberang sana. “iya iya aku kesana” “cepet yaaa” ujarnya lalu mematikan telfon.
          “Kenapa bang?” tanyaku setelah bang Dika mengakhiri percakapannya dengan bang Afrian. “Ke pensi yuk, acara puncak uda mau dimulai” jawabnya sambil menarik tanganku, mengajakku pergi meninggal pondok. Aku pun mengikutinya.
Hujan sudah mulai reda. Sepanjang perjalanan menuju pensi bang Dika terus menggenggam tanganku. Jujur aku takut, apalagi kalau sampai Kak Tiara tau. “Bang, bisa lepasin gak?” pintaku pada bang Dika saat kami sudah mulai dekat dengan pensi. “Kenapa? Kamu takut sama Tiara?” tanyanya dan aku hanya mengangguk pelan. Bang Dika tidak menjawab , bukannya dia malah melepaskan genggaman tangannya tapi dia malah semakin kuat mengenggam tanganku dan terus menarikku ke daerah pensi. Aku hanya bisa menunduk saja.
          “Anak siapa kau culik, Cung?” tanya seseorang yang sepertinya itu suara Bang Rama. “Entah, tadi aku ketemu dia di dekat lapangan bola, jadi aku bawa kesini jak kayaknya sih anak hilang” jawab Dika ngelawak. Ah kempet bukannya dia malah ngasi tau siapa namaku malah dia bilang aku anak ilang. Tapi yaudahla... “Wei dek, kok kau nunduk terus?” sepertinya bang Rama bertanya padaku dan aku hanya diam saja. “Bisu ke dia nih Cung?” tanya bang Rama pada bang Dika. Ihh emanglah Bang Rama nih. “Bukan gitu, Ram dia nih malu mukanya jelek makanya nunduk terus” Yaelah Bang Dika gak sampe sebegitunya juga kali –“ “Dek, masak kau dibilang jelek sama Kacung. Dalah dek putuskan jak” bang Rama mulai jahil lagi. “Eh Ram, janganlah gitu” jawab Bang Dika menolak permintaan Bang Rama. Bang Rama hanya tertawa mendengar ucapan Bang Dika. “Hahaha gak deh.
Kami berdiri di seberang pensi, dari sini keriuhan begitu terdengar nyaring saat satu-satu siswa kelas 12 dipanggil untuk naik ke panggung pensi, dimulai dari 12ipa1. “12ips3 pasti lama” ujarku dengan nada bercanda. “Biarin deh lama-lama, aku belum mau ngelepasin ini” jawab bang Dika sambil menatap tangannya yang terus mengenggam tangannya. “Suatu saat genggaman ini pasti akan terlepas bang” aku teringat bahwa bang Dika akan mengambil kuliah di luar kota. “Kamu tenang aja, genggaman tangan ini bisa terlepas, tapi tidak untuk ini” ia tersenyum sambil meletakkan tanganku di dadanya. Aku hanya tersenyum kecil sambil menghembuskan nafas panjang. Lama kami terdiam sampai seseorang menyadarkanku dari lamunan panjangku “Vella?” orang itu berseru. Hah? Itu Kak Tiara, dia...dia...dia...melihat ke arah tanganku yang terus digenggam sama bang Dika. “Kenapa harus kaget Tir?” tanya bang Dika ketus. Ah mati aku, Kak Tiara pasti akan...”Bagusla kalo kamu uda nemuin orang yang tepat buat gantiin posisi aku. Sekarang aku akan benar-benar tenang ninggalin kamu dan semua kenangan kita disini.” Ucap kak Tiara sambil tersenyum sambil menatap bang Dika “Maksud kak Tiara?” aku benar-benar tak mengerti. “Aku seneng kalo kamu jadian sama Dika, dek. Aku yakin kamu orang yang tepat buat Dika” kak Tiara menatapku sambil tersenyum, ini sama sekali jauh dari apa yang aku fikirkan tadi “Dik, aku titip adek aku sama kamu. Kamu harus jagain dia ya, karna dia sayang banget sama kamu. Kamu harus jadi Dika yang setia. Kamu gak boleh seperti aku” kini kak Tiara mengarahkan bola matanya ke bang Dika. “Kamu tenang aja, Tir. Aku bakal jagain dia kok” jawab bang Dika sambil tersenyum kecil. Kak Tiara lalu pergi meninggalkan kami.
Bang Dika berjalan ke arah pensi, karena namanya telah dipanggil untuk naik ke panggung. Aku pun menghampiri Ara dan Anggi yang masih asik duduk di ujung lapangan pensi, mereka berdua sama-sama sibuk dengan handphone mereka. “Darimana aja Vel? Kok baju kamu lembab gini?” tanya Ara saat memperhatikan baju ku yang setengah lembab. “Tadi aku ke lapangan bola” “Hah ngapain kamu kesana?” tanya Anggi. “Aku tadi........” maka aku pun bercerita pada Ara dan Anggi tentang apa yang terjadi antara aku dan bang Dika tadi di lapangan bola, saat aku tengah asik bercerita tiba-tiba April datang bersama Raga “Ciyeee, pacaran nih sama bang Dika” “Eh kok tau pril?” darimana April tau, padahalkan aku baru cerita sama Ara dan Anggi. April menyodorkan BB-nya padaku “Bang Dika barusan tuh buat status itu” jelas April saat aku tengah membaca status BM bang Dika “Gue lepasin tangan gue dari elo, tapi mata dan hati gue bakal ada untuk loe @VellAdina” aku hanya tersenyum membacanya. “Ra, brarti ntar lagi kita bakal dapet double PJ ni” Anggi menyikut siku Ara.”Enak banget yang pacaran siapa, yang ditraktir siapa” ucap April dengan nada jutek, tapi kami tau bahwa itu hanya candaan semata “Kalian mau PJ?” tanya bang Raga pada Ara dan Anggi. Mereka mengangguk penuh semangat. “Minta aja tuh sama yang lagi di pensi” bang Raga mengarahkan matanya ke arah Bang Dika “eehhh enak aja. Yang uda lama jadian aja gak ada PJ kita. Uda mau setaun loh padahallll” aku mengarahkan mataku ke Anggi....
___

i hope its will be real part3

“Maafkan aku kak, menyayangi orang yang kakak sayang. Tapi kakak tenang aja, aku udah ngelupain bang Dika kok” ucapku dipelukan Kak Tiara. Walau aku belum yakin bahwa aku udah menghapus perasaan ku dengan bang Dika. Ah lagian bang Dika gak mungkin suka sama aku, memiliki perasaan sama aku. Aku mana pantas untuknya. Tapi sebenarnya... ah sudahlah. “Makasih ya dek, kakak hargai usaha kamu untuk melupakan bang Dika” kak Tiara membalas pelukanku. Aku mampu merasakan kehangatan dari seorang kakak.
Kak Tiara menghilang dari hadapan ku. Aku merasa sangat lega karena udah jujur padanya. Jujur? Bukankah aku bohong tadi. Apakah itu kejujuran. Atau itu kebohongan? Jujur karena aku mengakui bahwa aku menyayangi bang Dika dan bohong karena aku mengatakan bahwa aku sudah melupakan bang Dika. Apakah itu kebohongan atau kejujuran?
“disini kamu rupanya.” April duduk disampingku yang membuat lamunan ku buyar. “eh, etciyeee tadi pipinya dicium sama bang Raga.” Aku mengejek April. “Apaan sih?” tanyanya sinis, tapi dari matanya bisa ku lihat bahwa dia senang. “Kamu udah jelasin perasaan kamu ke bang Dika?” tanya April seketika itu yang memembuat aku membuat shock. Aku terdiam. Hening. Apakah ini saatnya aku harus ngomong ke Bang Dika? Bukannya tadi aku uda bilang ke kak Tiara bahwa aku uda lupa sama Bang Dika, kalo aku menyatakan rasa ini berarti aku mengkhianati kak Tiara, artinya aku bohong dong tadi. “Veelllll” pekik April ditelingaku yang membuat lamunan ku buyar. “Apaan sih Pril?” aku membentaknya sambil menutup kedua telingaku. “Lagian kamu ditanyain malah diam” ia membela diri. Kami lalu terdiam. Hening. Seketika aku merasa tetesan air mendarat di tubuh ku, “Hujan” sahut April sambil menadahkan tangannya. Aku lalu menarik tangan April menuju ke gedung sekolah.
Hujan semakin lebat, tetesannya membasahi daun yang kekeringannya. “Ikut aku kesana?” April mengarahkan jari telunjuknya ke arah pensi. Aku hanya menggeleng saja. April pun meninggalkan aku. Selepas April pergi mengahmpiri Ara dan Anggi, aku naik ke lantai 2 yang bisa terbilang kosong hanya ada cahaya lampu yang menerangi tiap ruangan disini, dari sini aku bisa melihat seluruh penjuru sekolah. Pensi dan kantin yang cukup ramai, lapangan upacara yang sepi, lapangan basket yang kosong dan lapangan bola yang.... “Bang Dika?” putaran mataku terhenti di lapangan bola.  Apa yang dia lakukan disitu, bermain bola saat hujan seperti ini? Kenapa dia tidak berkumpul dengan teman-temannya di kantin sana? Kenapa dia terus menendang-nendang bola? Ada apasih dengannya? Aku terus memperhatikannya dari atas sini.
Sorry Sorry Sorry Sorry Naega naega naega munjuh Nehgae nehgae nehgae bbajuh bbajuh bbajuh party baby Shawty Shawty Shawty Shawty Noonee booshuh booshuh booshuh Soomee makhyuh makhyuh makhyuh Naega micheo micheo baby
Aku pun lalu meraih hape ku yang berdering tanda sms masuk “Ke ruang band SEKARANG !! GAK PAKE LAMA” isi sms itu seakan memaksaku turun dari sini, dan harus berhenti memperhatikan bang Dika L ah dasar bang Desta, suka banget ganggu aktivitas orang. Shit !!
Hujan terasa semakin deras, namun aku belum berniat meninggalkan lapangan ini. Aku biarkan badanku diguyur air hujan, aku sudah tak peduli lagi. Harapan aku kepada ‘dia’ telah pupus. Semua harapan untuk bersamanya hilang sudah. Aku sadar aku tidak tau siapa namanya, tapi tidakkah dia sadar bahwa aku mencintainya aku sayang padanya. Kalau saja seandainya waktu itu aku tau dia yang sms aku, aku gak akan berhenti sms-an dengannya. Aku akan terus mengejarnya. Pantas saja, tiap aku bertanya siapa namanya, dia selalu mengelak ternyata dia adalah teman dekat Tiara. Sampai suatu saat aku mengirim sms padanya “Kamu siapa sih? Aku gak kenal sama kamu. Kalau kamu gak mau kasih tau siapa kamu yang sebenarnya aku gak akan mau smsan sama kamu lagi. Terserah kamu mau sayang sama aku atau apa aku gak peduli. Jangan pernah sms aku lagi.” Benar saja, setelah itu tidak ada lagi orang yang sms ke aku sambil mengucapkan kata-kata saayang atau “I’m your secret admirer”. Aku sempat bersyukur saat itu, karena hidupku sudah tenang dan tak perlu pusing-pusing berfikir siapa yang mengirim sms itu. Tapi sekarang? Perasaan aku luar biasa hancur, aku ingin teriak sekeras-kerasnya.
Aku gak mau menghilangkan kepercayaan kakak sama aku, gimanapun juga aku harus menghentikan perasaan ini, aku gak mau mengecewakan kakak, karena kak Tiara uda aku anggap kakak aku sendiri.” Kata-kata itu terus terngiang di telinga ku. Ah bodoh kenapa sih dia maunya ngorbanin perasaan dia ke aku cuman karena Tiara. Bodoh. Bodoh. Lagian kenapa Tiara harus berteman dengannya? Sial. SIAL !!!!!!!!!!!!!!
Aku terus menendang bola ini sampai akhirnya ku tendang bola ini dengan sekuat tenaga dan bola itu melambung entah kemana. Aku tak berniat untuk mencarinya lagi. Aku langsung berjalan menuju tepi lapangan. Berteduh di sebuah pondok yang biasanya anak-anak GIF gunakan untuk menaruh perlengkapan mereka saat latihan futsal.
Ah sial, kenapa jadi aku yang disuruh mendata anak kelas 12 yang datang hariini? Bukannya masih ada yang lain? Mana aku disuruh mendata anak 12ips2 sama anak 12ips3 lagi, ips3? Kelasnya bang Dika dong?. Ah shit !! “Tan temenin aku dong?” aku mengajak Tania, untuk menemaniku berkeliling sekolah mencari anak kelas 12 yang hadir dan menyuruh mereka menandatangani absen ini. “okeeeeee” Tania mengacungkan jempolnya.
Cuman nyari anak kelas 12ips2 aja susahnya bukan main, gimana nanti nyari anak ips3? “Bang Desta seneng banget sih nyuruh kita kayak gini?” aku mengeluh dengan Tania saat kami menyusuri lorong kelas 10. “Haa namanya juga senior, pasti maunya yang ngerjain kayak ginian juniornya” jawab Tania seraya menghela nafas panjang.
“akhirnya selese juga” ujar ku pada Tania, saat bang Weli tengah menandatangani absen. “Selesai? Nih si Dika belom tanda tangan” bang Welly menunjukkan absen nama Ardika Gumilang yang ternyata masih kosong. “Yaaa, Vel, masak kita harus keliling lagi sih nyari bang Dika” Tania mengeluh. Yah wajar aja Tania ngeluh, sekolah ini luas banget dan gak semua anak 12ips itu kumpul di satu tempat, pasti mereka tersebar dimana-mana, udahan itu kami juga gak kenal semua anak 12ips, jadi cukup menyulitkan. “Yaudah deh gini aja, kamu bawa absen ini ke bang Desta, ntar aku cari bang Dika dimana, aku ajak dia ke ruang band, buat nandatanganin ini.” Aku memberikan solusi. “Kenapa kamu gak bawa ini aja” Tania menyodorkan Absen itu padaku. ah iyaya kenapa aku bodoh sekali. “Yaudah sini absen ips3, kamu kasi aja ke bang Desta absen ips2 itu” aku menyodorkan absen ips2 pada Tania dan dia memberikan aku absen ips3.
Aku tau dimana bang Dika, aku yakin dia masih di lapangan bola. Aku pun berjalan menuju lapangan bola. Sepanjang jalan aku dipenuhi perasaan takut, ragu-ragu, malu, seneng. Aahhh semua bercampur menjadi satu, karena malam ini menjadi malam pertama ku bisa ngomong face to face sama dia secara langsung, selama aku menyukainya aku tak pernah sedikitpun berbicara padanya atau mungkin malam ini menjadi malam terakhir juga aku bisa face to face sama dia setelah malam perpisahan ini bisa dipastikan aku tidak akan bertemu dengannya lagi. L
Ternyata benar bang Dika masih ada disitu. Langkahku terhenti seketika saat ku lihat dia duduk di pondok yang terletak di pojok lapangan bola itu. Hujan masih turun membasahi lapangan ini dan aku tak berniat membasahi baju ku ini. Aku pun mencoba memanggil namanya “bang Dika !!!” panggilku , namun ia tak bergerak, mungkin ia tak mendengar suaraku. “bang Dika” aku berteriak lagi, namun lagi-lagi ia tak bergeming. Aku pun memutuskan untuk menghampirinya disudut lapangan sana.
___
Sepertinya ada seseorang yang memanggil namaku. Aku pun menoleh ke belakang dan ternyata itu ‘dia’ tanpa pikir panjang aku langsung berjalan menghampirinya yang tengah berlari-lari kecil ke arah ku. Langkahnya terhenti saat ia menyadari bahwa aku menghampirinya. Kini dia ada dihadapanku. Kini aku tengah menatap matanya dan aku langsung...
v

i hope its will be real part1



Malam ini harusnya sekolah ini begitu sepi dan sunyi, tapi sejak tadi sore sepi dan kesunyian itu menjadi keramaian dan keriuhan. Ada yang bersenang menikmati malam itu , ada pula yang sedih karena malam perpisahan itu tiba juga.
Aku hanya duduk di sebuah bangku kecil yang ada di depan pensi , sambil memperhatikan tingkah senior-senior ku yang sebentar lagi akan meninggalkan sekolah ini , karena 2minggu lalu mereka sudah melewati Ujian Nasional dan kemungkinan besar mereka semua lulus.
          “Vel, abis ini acara selanjutnya apa?” tanya Aldo yang tiba-tiba muncul disampingku. “ehmmm sebentar” aku lalu membuka buku biru yang ada ditanganku “abis ini kata sambutan dari kepsek , lalu sambutan dari ketua osis , sambutan dari perwakilan anak 12 , lalu lanjut sambutan dari beberapa guru dan terakhir sambutan dari orangtua siswa kelas 12, itu dulu deh kayaknya , Do ” ujarku sambil menutup buku ku. “Okedeh” Aldo mengancungkan jempolnya kepadaku lalu pergi entah kemana
Oh iya namaku Marvella Adina Sachika , disini aku dipanggil Vella, tapi kalau di rumah biasanya aku dipanggil Kachi alias Kak Chika J. Aku duduk di kelas 10 di SMA Ganesha Internasional dan malam ini sedang ada acara perpisahan buat kakak-kakak kelas ku. Di sekolah ini aku merupakan salah satu anggota OSIS-MPK , jadi sedikit banyak aku juga menuangkan ide ku untuk membuat acara malam ini. Di acara ini aku berperan sebagai seksi acara yang tugasnya hanya mengatur acara-acara untuk ditampilkan malam ini, jadi gak perlu sibuk-sibuk angkat barang iniitu atau dekorasi. hahaah
Oya sejak tadi kok aku gak liat temen-temen aku ya? Padahal aku udah undang mereka untuk ikut dateng ke acara ini. Aku pun memutuskan untuk menelfon salah satu dari mereka. “Hallo, Ra kamu dimana? Hah masih dirumah April? Ngapain kalian disitu lama-lama? Ohh iya deh , Anggi juga dirumah April? Yaudah deh sukses ya kalian berdua ngedandanin April. Hehe” ujarku lalu mengakhiri percakapanku dengan Ara.
Aku bosan banget sendiri disini dan merhatiin kepsek yang daritadi ngasih sambutan tapi gak selesai-selesai. Akhirnya aku pun memutuskan untuk berkeliling sekolah sebentar. Namun baru saja aku mau beranjak , seseorang berteriak memanggil namaku
“Vellaaaaaaaaaa” aku pun menoleh . “Mery? Katanya gak mau dateng?” ujarku lalu menghampiri Mery yang tampaknya berlari dari arah parkiran. Mery menarik nafasnya sejenak, dengan terengah-engah dia mencoba menjelaskan keinginannya padaku “Aku harus cari bang Ega sekarang, pokoknya harus sekarang” ujarnya terburu-buru lalu menarik tanganku dan membawa ku kelapangan basket tanpa memberikan aku waktu untuk meminta penjelasan.
          “Yahhhhh” ujar Mery kecewa saat ia melihat kondisi lapangan basket yang kosong gak ada orang. “Sebenarnya ada apasih, Mer? Kemaren katanya gak mau dateng malam ini.” Tanyaku seenaknya. Mery lalu mengajakku duduk dipinggir lapangan. Ia pun duduk sambil memeluk kedua kakinya. “Aku harus ketemu bang Ega malam ini, Vel. Tadi aku baca di twitternya bsok pagi bang Ega bakal berangkat ke Surabaya buat ngurus kuliahnya, sebelum bang Ega berangkat bsok bang Ega harus tau perasaan aku , karna beberapa hari yang lalu bang Ega pernah nanyain perasaan aku ke dia, tapi aku bilang aku gak ada perasaan apa-apa ke dia , padahal sebenernya ada. Aku masih malu untuk mengakuinya. Makanya aku maksain diri dateng malam ini, walaupun mama baru dateng dari Bogor” air mata Mery lalu meleleh membasahi gaunnya yang berwarna cokelat tua. Ku tatap wajah Mery , sebenarnya ia terlihat manis dengan tampilannya malam ini “Ya sudah , kita cari aja bang Ega mungkin ada disekitar sekolah” aku lalu menarik tangan Mery , mengajaknya berdiri lalu kami pun meninggalkan lapangan basket .
Saat kami menyusuri lorong kelas 12 , kami berpapasan dengan bang Dika. Bang Dika tersenyum kearah kami berdua, entah dia tersenyum untuk aku atau Mery entahlah yang pasti senyumannya itu mampu membuat dadaku terasa sesak, seperti ada yang ingin aku ungkapkan tapi aku terlalu takut untuk membicarakannya. Untuk mengungkapkan, tapi berapa lama aku harus menyembunyikannya? Haruskah aku mengukapkannya malam ini , karena ini adalah malam terakhir aku bertemu dengannya. Setelah itu? Entahlah aku tak tau lagi apakah aku bisa bertemu dengannya lagi atau tidak.
___
Tadi saat aku tengah menyusuri lorong kelas 12 aku melihatnya bersama seorang temannya. Dia benar-benar terlihat manis dengan dress panjangnya yang berwarna abu-abu gayanya yang simpel itulah yang membuat aku tertarik dengannya walau aku tak tau siapa dia yang sebenarnya. Senyum kecilnya tadi membuat ku semakin penasaran dengan dirinya, aku tak tau siapa namanya yang aku tau hanya dia adik kelas ku yang baru duduk di kelas 10. Itu saja.
Waktu itu aku pernah melihatnya berdiri di dekat motorku, entah apa yang hendak ia lakukan saat itu, yang aku lihat ia tampak bingung sambil menatap sebuah kotak berbungkus kertas kado berwara merah mengkilat. Agak lama ia berdiri di dekat motorku lalu beberapa orang temannya menghampirinya. Mereka sempat berdebat sepertinya temannya memaksanya melakukan sesuatu, namun ia menolak. Akhirnya perdebatan kecil itu terhenti setelah salah satu diantara mereka tersadar bahwa aku sedang menatap mereka, lalu temannya itu segera menariknya pergi entah kemana. Setelah mereka pergi , aku pun menghampiri , aku memegang ban motorku dan kulihat motorku. Tak ada yang berbeda dari motorku bahkan ban motorku pun tidak kempes. Aku masih bingung dengan kejadian saat itu.
Sejak kejadian itu, aku tak pernah melihatnya berdiri di dekat motorku ataupun mendapatkan sebuah hadiah “misterius”. Malah beberapa kali aku mendapatinya tengah di kantin berdua dengan seorang cowok , duduk di lapangan atau berbicara dengan cowok itu. Aku sempat berfikir bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun padaku, tapi suatu hari aku justru melihatnya memakai jaket yang warnanya sama dengan jaketku. Entah itu hanya kebetulan atau kesengajaan aku tak pernah memperdulikannya.
Oh ya namaku Ardika Gumilang teman-teman ku disini memanggilku Dika, tapi biasanya ada memanggilku Kacung alias Dika Cungkring terutama anak-anak 12ips. Sebenarnya aku gak kurus, hanya saja badanku yang tinggi , serta kaki ku yang panjang ini, membuatku terlihat cungkring. Tapi kaki inilah yang kerap kali membantuku memenangkan pertandingan futsal dan membawa nama sekolahku menjadi pemenangnya. Haha setelah malam ini aku gak akan pernah lagi membawa nama Ganesha Internasional menjadi juara futsal, tapi tenang masih ada junior-junior ku yang pasti bisa mengulang kejayaan GI di olahraga futsal.
___
Aku masih bersandar di dinding kantin , menunggui Mery yang sedang berbicara dengan bang Ega. Tiba-tiba hapeku bergetar “April” nama itu tertera dilayar hapeku, aku pun lalu mengangkat telfon dari April “Halo, aku ada dikantin , kalian dimana? Aku lagi nemenin Mery , yaudah ntar lagi aku ke parkiran” aku pun mengakhiri perbincanganku dengan April. Aku menatap ke arah Mery , ia masih asik berbicang dengan bang Ega , lebih baik sekarang aku pergi menyusul April , Ara dan Anggi yang udah ada di lapangan daripada harus menjadi obat nyamuk disini.
“April???????” aku berseru kaget melihat April yang terlihat sangat anggun malam ini. Dress warna merah begitu pas dengan badannya yang seperti gitar spanyol hhahaha. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” ia protes karena aku menatapnya dengan penuh keanehan “Apa aku terlihat seperti orang bodoh dengan gaun ini, aakkhh ini ide dari mereka” April menjelek-jelekan dirinya lalu menyalahi Ara dan Anggi yang telah menyulapnya seperti bidadari malam ini. “Cantik banget kamu malam ini , Pril” aku memujinya sambil terus menatapnya dari atas kebawah terutama dengan highheels yang dia pakai. “Kamu memuji atau mengejek?” tanyanya ketus. “Muji dong” jawabku mantap “apalagi dengan highheels mu itu. Aku baru tau bahwa kau bisa memakai highheels seperti itu”. “Dia sudah berlatih memakai highheels dari 2minggu lalu, sengaja dipersiapkan untuk malam ini. Highheels itu baru dibeli 3hari yang lalu, pas belajar kemaren dia pake highheels mamanya” Anggi yang menjawab pertanyaanku tadi. Aku hanya tertawa mendengar penjelasan Anggi. “Kenapa kamu tertawa? Ini salah kamu , memaksaku untuk datang ke acara ini apalagi dengan pakaian seperti ini” April menarik-narik gaunnya. “aakkhh kalian terlalu banyak omong , ayo masuk” Ara mengakhiri keanehan ku yang tak henti-hentinya menatap April “Aku yakin pas kita masuk pasti banyak yang merhatiin April” Anggi mencoba mengeluarkan imajinasinya.
Ternyata benar apa kata Anggi tadi, banyak orang terheran-heran menatap perubahan April malam ini “Kenapa sih orang-orang ini ngeliatin aku kayak ngeliat hantu” April mulai risih. “Hahaha , ini latihan buat jadi artis, Pril” Ara berujar agar April nggak semakin risih dan memutuskan untuk pulang awal hanya karena orang-orang terus menatapnya “oh iya ya aku lupa , mulai sekarang aku harus terbiasa dengan kondisi seperti ini” tingkat ke pedean April naik lagi. “aku ke ruang band dulu ya soalnya aku mao ngurus beberapa acara” ujarku pamit “eh, Vel band nya Raga udah nampil blom?” tanya April sebelum aku masuk keruang band. “blom. band pacarmu itu blom nampil” aku mengejeknya “dia bukan pacarku” jawabnya ketus lalu pergi. Aku tak perlu aneh dengan sikap April seperti ini , ia sudah biasa mencari-cari Raga namun saat diejek Raga adalah pacarnya , ia pasti marah hanya karna Raga udah punya pacar bernama Cynthia :D
“Dek , mana jadwal acara” tanya Kak Bela, senior ku di MPK. Aku lalu menyerahkan buku padanya. Ia membaca buku ku sebentar. “Acaranya ada yang diganti nih, tadi kata si Dayat*ketua OSIS* habis kata sambutan kepsek masukin band Raga aja dulu jadi anak-anak gak terlalu bosen. Mending sekarang kamu cari kak Veny, terus jelasin ini”. Aku hanya mengangguk pelan, lalu mencari kak Veny yang jd mc acara malam ini kebetulan dia duduk disamping pensi. “Kak..............” “Oke” jawab kak Veny mengerti penjelasanku tadi.
Aku pun lalu mencari bang Raga untuk memberitaunya bahwa setelah ini band nya nampil dan dia harus siap-siap. Aku mencarinya ke kantin dia gak ada. Di lapangan basket dia juga gak ada, di Wc juga gak ada, di kelas juga gak ada. Akhirnya aku memutuskan mencarinya di parkiran. Benar saja. Ia ada disitu bersama beberapa orang temannya. Aku pun berjalan menghampirinya , namun langkahku terhenti saat aku menyadari bahwa ada bang Dika ditengah kerumunan itu, tapi aku harus tetap memberi tau bang Raga, kalo enggak aku bisa dimarahin kak Bela.
“Bang Raga” aku mencoba memanggilnya dan saat itu pula mereka semua menoleh ke arah ku “Bang bisa kesini sebentar” aku mengajaknya untuk keluar dari kerumunan itu. Ia pun menjatukan rokoknya lalu menghampiri ku.
___
Aku tengah menikmati rokok dengan beberapa orang temanku dan adik kelas ku, kami sengaja merokok disini agar tak banyak orang yang melihat. “Bang Raga” aku mendengar suara seseorang memanggil Raga yang membuat kami semua langsung salah tingkah. Aku pun menoleh ke arah suara itu, ternyata itu ‘dia’. Loh dia kenal sama Raga? Aku terus menatap ke arahnya, Raga pun meninggalkan kami lalu menghampirinya. Aku terus melihat ke arah Raga dan ‘dia’ , berharap aku tau apa yang mereka perbincangkan.
Tak perlu waktu lama, Raga kembali berkumpul dengan kami “Ada apa, Ga” tanyaku mencoba mencari tau. “dia menyuruhku untuk mempersiapkan diri, karna setelah kepsek ngasih sambutan About Story nampil” ujar Raga sambil membuang rokoknya. “Emang tadi tuh siapa?” tanyaku lagi “aaaakkhh siapa ya namanya, entah aku lupa pokoknya dia salah satu anak OSIS-MPK disini”. Fak. Aku kira Raga tau siapa nama cewek itu, ternyata Raga lupa.
Rasa penasaran ku untuk tau tentang dirinya semakin besar dan kuat. Berkali kali aku menghembuskan rokokku , mencoba menghapuskan rasa penasaran ini, namun tak bisa ku lakukan. Aku pun memutuskan untuk masuk ke gedung sekolah untuk mencari tau tentang dia. “Mau kemana, dik?” tanya Anjas saat melihatku menginjak putung rokok. “Aku mau kedalam sebentar” ujar ku singkat. Lalu aku meninggalkan kerumanan “setan-setan” itu
Aku sempat celingak-celinguk beberapa kali mencari dia. Suara kepsek masih menggema dari pensi. Aku pun berlari menuju pensi, aku fikir dia pasti ada disekitar pensi karena kata Raga tadi dia adalah anak OSIS pasti dia gak jauh-jauh dari pensi.
Ternyata dugaan ku salah aku tak melihat dia disekitar pensi, bahkan bisa dibilang tak ada siswa disitu hanya orangtua murid yang sedang duduk mendengarkan ocehan sampah dari kepsek. Aku pun menjauh dari pensi, saat aku menuju ke kantin aku sempat berpapasan dengan Ega “Etsaahh, cewek baru Ga?” aku mengejek Ega saat ia bergandengan dengan seorang adek kelas “Hahah begitulah” jawabnya sambil memberi senyum penuh makna “Kalian mau kemana?” “aku sama dia mau jalan dulu, ntar balik lagi kesini. Oya tadi kau dicari sama Tiara, katanya dia mau ngomong” shit. Ngapain lagi tuh cwek cari-cari aku. Sialan. “Okedeh , dik kita jalan dulu. Daaa” aku hanya mengangkat alis kanan ku.
Aku berjalan lagi keliling-keliling mencari dia. Namun aku tak bisa menemukannya mulai dari kantin , kelas , sampai... Loh bukannya cwek yang tadi sama Ega itu, juga cwek yang tadi sama ‘dia’ hah kenapa aku gak nanya nama ‘dia’ sama cwek Ega aja. Aku pun balik lagi ke depan sekolah. Tapi sialnya saat aku baru keluar pintu lobi , aku sudah melihat mobil Ega keluar dari pagar. Akh sial mengapa aku tidak mengingat dari tadi. Dengan langkah gontai aku masuk lagi kedalam sekolah. Raut wajahku berubah menjadi semangat saat aku melihat ‘dia’ baru keluar dari ruang guru. Aku mencoba menghampirinya. Stak. Langkah ku terhenti saat aku melihat seorang cwok juga keluar dari ruang guru. Hah? Cwok itu lagi? Ngapain mereka berdua di ruang guru? Aku terus memperhatikan mereka berdua. ‘dia’ tampaknya sadar bahwa aku memperhatikannya. Mereka berdua berbincang sejenak, lalu kemudian pergi meninggalkan ruang guru, sambil si cowok merangkul ‘dia’ aku mengikuti mereka sampai tiba...
            “Dika...” Tiara muncul dihadapan ku dengan wajah genitnya. Membuatku menghentikan langkahku dan kehilangan arah kemana ‘dia’ pergi. “ngapain kamu disini?” tanya ku ketus. “Dika aku mau bicara sebentar” Tiara lalu menarik tanganku. “Ah, enggak !” aku melepaskan tanganku dari Tiara. “Aku mohon dika malam ini saja, berikan aku kesempatan” Tiara memohon padaku. Akhirnya aku ikut dengan nya menuju sudut sekolah