“Gimana yan bisa?” tanyaku saat Adrian
selesai berbincang dengan Bu Susi, Pak Aritonang dan Bu Elli. “iya mereka mau
kok Vel , abis band Raga nampil mereka aja dulu” ujar Adrian ramah sambil
memberikan senyuman termanisnya yang membuat siapa saja menjadi bergetar saat
melihat senyuman itu.
Aku pun keluar dari ruang guru, saat Adrian kembali menemui ketiga guru
itu untuk mengucapkan terima kasih. Aku menoleh ke sebelah kanan, dari kejauhan
aku melihat bang Dika sedang memperhatikan sesuatu ke arah ku. Aku melihat
sekitar ku namun tak ada siapa pun disini selain aku. Tak lama Adrian keluar
dan menghampiri ku “yok , kita cau ke kantin aku lapernih” Adrian lalu
merangkulku. Aku pun menemani Adrian ke kantin.
Aku dan Adrian udah terbiasa berangkulan seperti ini, banyak yang mengira
aku dan Adrian berpacaran pdahal kami hanya sekadar temanan. Aku menganggap
Adrian seperti abang ku sendiri, begitu pula dengannya ia menganggap aku adalah
adiknya. Kami sering ke kantin berdua, dan karena Adrian anak OSIS-MPK, jadinya
kami sering sama-sama kalo ada tugas OSIS, rumah kami juga deket yaa kami juga
sering pulang bareng.
Sejak tadi aku merasa ada seseorang yang mengikuti aku dengan Adrian “Kenapa kamu?”
tanya Adrian saat ia sadar bahwa aku mencoba noleh-noleh ke belakang “sepertinya
ada yg mengikuti kita” jawabku jujur “Yaelah, itu mah dipikirin aah lupain aja
, perasaan doang tuh. Kita kan gak sendiriian di sekolah ini” jwab Adrian asal.
Aku pun mencoba menghapuskan perasaan ini. Tapi tiba-tiba “Dikaaa” aku
mendengar suara wanita memanggil nama Bang Dika dari belakangku. Aku ingin
melihatnya , siapa wanita itu dan kenapa dia memanggil Bang Dika tepat
dibelakangku? Namun belum sempat aku menoleh Adrian sudah menarikku masuk ke
kantin
___
Apasih yang diomongin nih
cewek daritadi, benar-benar membuatku pusing.
Yang aku denger cuman kata “maksud maksud dan maksud” ah entah maksud
apa. Aku masih memikirkan siapa cowok yang tadi bersama ‘dia’ aku kerap melihat
mereka berdua, spertinya mereka terlihat sangat akrab , atau jangan-jangan
mereka pacaran. Oh tidak pupus sudah harapan ku.
“Dikaaaaaa” suara cempreng Tiara membuyarkan lamunan ku. “Apa-apaan sih
kamu norak tau !” bentakku sambil menutup telinga sebelah kanan ku. “Kamu
dengerin aku gak sih daritadi?” tanya Tiara ketus. “GAK !” jawabku seenaknya
“Dika, mau kamu apasih? Aku uda berusaha menjelaskan semuanya pada kamu agar
kamu mau balik ke aku dan kita memulai semuanya dari awal aku ingin..........”
yaelah ni cwek nyerocos lagi. Aku hanya diam sambil memainkan kuku ku. “Udah?”
tanyaku saat ia berhenti berbicara. Tiara hanya mengangguk pelan. Sorot matanya
terus menatap ku “kenapa kau melihatku seperti itu?” aku paling risih ditatap
orang seperti itu. “kau ternyata masih tidak berubah” ujarnya semangat lalu
memelukku. “hiyaks, lepaskan.” Aku mendorongnya “ELO GUE END” ujarku padanya
sambil menirukan gaya-gaya di tv.
Tiara Adellia. Adalah
mantan ku, 1minggu lalu aku putus dengan nya karena dia selingkuh dengan anak
SMA Tetra. Aku berpacaran dengannya hampir 5bulan. Aku gak nyangka dibalik
wajahnya yang manis dan lembut ternyata dia orang yang munafik. Lagian sikapnya
yang terlalu kekanak-kanakan membuatku enek melihatnya.
Aku berjalan menuju
pensi, sorak sorai riuh anak-anak begitu terdengar , karena penasaran aku pun
secepat mungkin menuju pensi
“Bentar lagi bang Raga nampil loh, aku ke pensi duluan yahhh.” Ujarku
buru-buru saat Adrian tengah melahap nasi goreng “Ajau”. “eh tunggu dong,
bentar lagi selesai nih.” Ia menarik tanganku. Aku pun duduk lagi.
Sekian lama
terpisah jauh tinggalkan angan jarak dan perbedaan tak mungkin menyatukan....
“Yan , cepet dong tuh suara bang Raga” aku segera menarik tangan Adrian
yang tengah meneguk secangkir teh es.
Sesampainya di pensi ramai anak-anak sudah berkurumun di depan panggung.
Aku pun lalu berpisah dengan Adrian dan mencari kumpulan April, Ara dan Anggi.
Ahhh itu mereka. Aku melihat mereka sedang duduk menikmati segelas jus. Kecuali
April, matanya terus tertuju ke arah panggung , melihat orang yang disukainya
perform.
“Daarrrr” aku mengejutkan
April. “aahhh kaget tauk” “heheh maaf abisnya khusuk banget ngeliatin si Raga”
aku menggoda April. “ah kebetulan aja ini giliran band dia yang pertama nampil
kali ini , makanya aku pengen liat” jawabnya datar. “Alasan. Suke bilang jak,
Pril” kaliini Anggi menggodanya. “apaan sih , nggi” April menatap Anggi dengan
sinis, namun Anggi santai aja. “Nih, Vel.” Ara memeberikanku segelas cappucino
kesukaan ku “Thanks.”aku meraih cappucinonya.
Cinta kita abadi bersama luka ini mengertilah mereka yang tak ingin kita
bersatu tak perlu ditangisi dan jangan disesali perpisahan ini bukanlah ingin
kita berdua.
Aku memperhatikan sekitarku banyak anak-anak yang ikut menyanyikan bagian
reff dari lagu Takdir Cinta ini, sepertinya banyak yang udah tau tentang lagu
ini. Tiba-tiba semua bersorak saat Raga turun dari panggung sambil diikuti
cahaya lighting.
“Pril, dia ke arah kita”
Anggi berseru pada April. “Jangan jangan dia mau ngajak kamu naik ke atas
panggung” Ara mencoba menebak pikiran Raga.
“akh kalian ini” April menepis pikiran Ara
Benar saja. Raga datang ke tempat kami sambil meraih tangan April, Raga
mengajak April untuk naik ke atas panggung sambil terus menyanyikan lagunya.
Anak-anak semakin bersorak melihat hal itu. April yang tampak bingung, dan kaku
mencoba mengikuti Raga naik ke panggung. Sedangkan kami bertiga hanya ternganga
melihat ini. “benar apa kataku tadi” Ara semangat.
Diatas panggung, Raga terus bernyanyi juga sambil mengenggam tangan April.
April sempat salting dan dengan jelas mencoba melepaskan tangan Raga, namun
sepertinya genggaman tangan Raga terlalu kuat, sehingga April tak bisa
melepaskan tangan Raga. Setelah Raga selesai menyanyi spontan Raga mencium pipi
kanan April, semua mata membelalak, dan seketika anak-anak berteriak “Ciyeeeeeeeee”
“Waaaa, pasti senangla
April tuh” ujar Anggi yang melihat kejadian itu. “Hahah waktu kesampaian juga
tuh mimpi dia” sambung Ara. “Bukannya Raga udah ada cewek, Ra?” tanyaku pada
Ara. “Udah putuskan?” jawab Ara dan aku hanya membulatkan bibirku.
Aku beranjak dari lapangan pensi dan berpindah ke
lapangan bola, tempat aku dan anak GIF (Ganesha International Futsal) latihan.
Tapi langkah ku terhenti saat aku melihatnya di sudut pensi sedang berkumpul
dengan teman-temannya. Aku pun dengan langkah pasti berniat menghampirinya.
Tapi aku terhenti di tengah jalan saat aku melihatnya dipeluk oleh Tiara,
tampaknya Tiara sedang menangis. Lalu aku perhatikan gerak-gerik “dia” dan
Tiara dari jauh. Terlihat Tiara menariknya pergi dari tempat itu.
Aku mengikuti “dia” dan Tiara pergi, sambil dipenuhi
rasa penasaran ada hubungan apa antara “dia” dan Tiara. Kenapa mereka berdua
begitu terlihat akrab. Padahal setau aku Tiara adalah salah satu senior disini
yang gak suka akrab dengan juniornya.
Mereka terhenti di sudut lapangan basket, aku pun
bersembunyi di balik dinding agar bisa mendengar percakapan “dia” dengan Tiara.
Mereka berdua lalu duduk dibawah pohon. Dari balik dinding ini saja, aku bisa
mendengar suara tangisan Tiara, jangan-jangan Tiara nangis gara-gara aku?
“Udahlah kak, lupain aja bang Dika” aku mendengar
suaranya. Ternyata dia tau namaku dan sepertinya dia juga tau kisah aku dengan
Tiara. “Kakak udah sayang dek sama dia. Kakak gak bisa ngelupain dia gitu aja
dek” ujar Tiara sambil sesenggukan. Hiyaks aku jijik sekali mendengar
ucapannya. “Lagian kakak sih, kalo kakak sayag sama bang Dika ngapain lagi
kakak selingkuh dengan Bang Faiq” dia membelaku. “Abisnya bang Faiq care banget
sama kakak awalnya, tapi ternyata bang Faiq buaya darat” ujar Tiara. “Oya gimana
hasil penyelidikan kamu waktu itu?” tiba-tiba nada suara Tiara berubah
semangat. Hah penyelidikan? Penyelidikan apa? Siapa yang diselidiki? Aku
semakin penasaran dengan ucapan Tiara tadi. “ehm gimana ya?” dari suaranya ia
terdengar bingung. “kenapa?” kaliini giliran Tiara. “Kakak yakin mau tau?”
‘dia’ malah balik bertanya dengan Tiara. Ku lihat Tiara hanya mengangguk saja.
“sebenarnya aku....” tiba-tiba ‘dia’ berhnti berbicara. Kenapa aku jadi merasa
seperti ini. Kenapa aku harus merasa deg-deg an saat dia memotong
pembicaraannya? “Aku sayang sama bang Dika” “HAA” spontan aku kaget mendengar
pernyataannya. Tapi untung saja mereka tidak mendengar suaraku. Jadi yang
selama ini kerap mengirim sms ke aku dengan kata-kata romantis itu adalah
‘dia’. Dan dia sayang sama aku, apakah ‘dia’ gak tau kalau... “Kamu sayang sama
Dika!!!!??” Tiara berseru kaget membuyarkan lamunan ku. Aku mengintip sedikit ,
melihat raut wajah Tiara yang berubah. “Sejak kapan kamu menyukai dia?” tanya
Tiara sinis. “Jauh sebelum kakak mengenal aku, tepatnya saat aku baru masuk
sekolah ini.” Jawabnya dengan nada sedikit gemetar. “Apakah karena alasan kamu
suka sama dia, makanya kamu mau membantu aku untuk bisa kembali padanya dan
mengetahui kondisi dia setelah kami putus?” Tiara semakin sinis. Sejenak ‘dia’
terdiam “sebenarnya karena itu, tapi...” “lalu apakah Dika tau bahwa kamu yang
sms dia” Tiara memotong ucapannya. ‘dia’ hanya menggeleng saja. Aku terus
mendengarkan percakapan mereka dengan sangat seksama. “Lalu kenapa kamu tidak
memberi tau bahwa kamu yang sms dia, dan kenapa kamu menghentikan penyelidikan
itu? Bukankah hanya dengan cara itu kamu bisa dekat dengan dia.” Ucap Tiara
dengan nada menyindir “Aku gak mau menghilangkan kepercayaan kakak sama aku,
gimanapun juga aku harus menghentikan perasaan ini, aku gak mau mengecewakan
kakak, karena kak Tiara uda aku anggap kakak aku sendiri.” Ucapannya membuatku
terhenyak ! Shock ! artinya dia udah gak suka sama aku lagi, udah hilang rasa
sayangnya sama aku. Apa karena itu dia gak pernah sms aku? Aku terdiam. Hatiku
hancur, aku merasa tak berdaya lagi. Perasaan yang selama ini terasa
menyesakkan dada berubah menjadi airmata. Dia sudah menghentikan perasaannya
padaku. Dengan lemah pun aku meninggalkan mereka. Aku pun tak berniat lagi untuk
mendengarkan percakapan mereka. Yah hancur. Hanya itu yang aku rasakan. Pupus
sudah harapan ku selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar