Malam ini harusnya
sekolah ini begitu sepi dan sunyi, tapi sejak tadi sore sepi dan kesunyian itu
menjadi keramaian dan keriuhan. Ada yang bersenang menikmati malam itu , ada
pula yang sedih karena malam perpisahan itu tiba juga.
Aku hanya duduk di sebuah
bangku kecil yang ada di depan pensi , sambil memperhatikan tingkah
senior-senior ku yang sebentar lagi akan meninggalkan sekolah ini , karena
2minggu lalu mereka sudah melewati Ujian Nasional dan kemungkinan besar mereka
semua lulus.
“Vel, abis ini acara selanjutnya apa?” tanya Aldo yang
tiba-tiba muncul disampingku. “ehmmm sebentar” aku lalu membuka buku biru yang
ada ditanganku “abis ini kata sambutan dari kepsek , lalu sambutan dari ketua
osis , sambutan dari perwakilan anak 12 , lalu lanjut sambutan dari beberapa
guru dan terakhir sambutan dari orangtua siswa kelas 12, itu dulu deh kayaknya
, Do ” ujarku sambil menutup buku ku. “Okedeh” Aldo mengancungkan jempolnya
kepadaku lalu pergi entah kemana
Oh iya namaku Marvella
Adina Sachika , disini aku dipanggil Vella, tapi kalau di rumah biasanya aku
dipanggil Kachi alias Kak Chika J. Aku duduk di kelas 10 di SMA Ganesha Internasional dan
malam ini sedang ada acara perpisahan buat kakak-kakak kelas ku. Di sekolah ini
aku merupakan salah satu anggota OSIS-MPK , jadi sedikit banyak aku juga
menuangkan ide ku untuk membuat acara malam ini. Di acara ini aku berperan
sebagai seksi acara yang tugasnya hanya mengatur acara-acara untuk ditampilkan
malam ini, jadi gak perlu sibuk-sibuk angkat barang iniitu atau dekorasi.
hahaah
Oya sejak tadi kok aku
gak liat temen-temen aku ya? Padahal aku udah undang mereka untuk ikut dateng
ke acara ini. Aku pun memutuskan untuk menelfon salah satu dari mereka. “Hallo,
Ra kamu dimana? Hah masih dirumah April? Ngapain kalian disitu lama-lama? Ohh
iya deh , Anggi juga dirumah April? Yaudah deh sukses ya kalian berdua
ngedandanin April. Hehe” ujarku lalu mengakhiri percakapanku dengan Ara.
Aku bosan banget sendiri
disini dan merhatiin kepsek yang daritadi ngasih sambutan tapi gak
selesai-selesai. Akhirnya aku pun memutuskan untuk berkeliling sekolah
sebentar. Namun baru saja aku mau beranjak , seseorang berteriak memanggil
namaku
“Vellaaaaaaaaaa” aku pun
menoleh . “Mery? Katanya gak mau dateng?” ujarku lalu menghampiri Mery yang tampaknya
berlari dari arah parkiran. Mery menarik nafasnya sejenak, dengan
terengah-engah dia mencoba menjelaskan keinginannya padaku “Aku harus cari bang
Ega sekarang, pokoknya harus sekarang” ujarnya terburu-buru lalu menarik
tanganku dan membawa ku kelapangan basket tanpa memberikan aku waktu untuk
meminta penjelasan.
“Yahhhhh”
ujar Mery kecewa saat ia melihat kondisi lapangan basket yang kosong gak ada
orang. “Sebenarnya ada apasih, Mer? Kemaren katanya gak mau dateng malam ini.”
Tanyaku seenaknya. Mery lalu mengajakku duduk dipinggir lapangan. Ia pun duduk
sambil memeluk kedua kakinya. “Aku harus ketemu bang Ega malam ini, Vel. Tadi
aku baca di twitternya bsok pagi bang Ega bakal berangkat ke Surabaya buat
ngurus kuliahnya, sebelum bang Ega berangkat bsok bang Ega harus tau perasaan
aku , karna beberapa hari yang lalu bang Ega pernah nanyain perasaan aku ke
dia, tapi aku bilang aku gak ada perasaan apa-apa ke dia , padahal sebenernya
ada. Aku masih malu untuk mengakuinya. Makanya aku maksain diri dateng malam
ini, walaupun mama baru dateng dari Bogor” air mata Mery lalu meleleh membasahi
gaunnya yang berwarna cokelat tua. Ku tatap wajah Mery , sebenarnya ia terlihat
manis dengan tampilannya malam ini “Ya sudah , kita cari aja bang Ega mungkin
ada disekitar sekolah” aku lalu menarik tangan Mery , mengajaknya berdiri lalu
kami pun meninggalkan lapangan basket .
Saat kami menyusuri
lorong kelas 12 , kami berpapasan dengan bang Dika. Bang Dika tersenyum kearah
kami berdua, entah dia tersenyum untuk aku atau Mery entahlah yang pasti
senyumannya itu mampu membuat dadaku terasa sesak, seperti ada yang ingin aku
ungkapkan tapi aku terlalu takut untuk membicarakannya. Untuk mengungkapkan,
tapi berapa lama aku harus menyembunyikannya? Haruskah aku mengukapkannya malam
ini , karena ini adalah malam terakhir aku bertemu dengannya. Setelah itu?
Entahlah aku tak tau lagi apakah aku bisa bertemu dengannya lagi atau tidak.
___
Tadi saat aku tengah menyusuri lorong kelas 12 aku
melihatnya bersama seorang temannya. Dia benar-benar terlihat manis dengan
dress panjangnya yang berwarna abu-abu gayanya yang simpel itulah yang membuat
aku tertarik dengannya walau aku tak tau siapa dia yang sebenarnya. Senyum
kecilnya tadi membuat ku semakin penasaran dengan dirinya, aku tak tau siapa
namanya yang aku tau hanya dia adik kelas ku yang baru duduk di kelas 10. Itu
saja.
Waktu itu aku pernah
melihatnya berdiri di dekat motorku, entah apa yang hendak ia lakukan saat itu,
yang aku lihat ia tampak bingung sambil menatap sebuah kotak berbungkus kertas
kado berwara merah mengkilat. Agak lama ia berdiri di dekat motorku lalu
beberapa orang temannya menghampirinya. Mereka sempat berdebat sepertinya
temannya memaksanya melakukan sesuatu, namun ia menolak. Akhirnya perdebatan
kecil itu terhenti setelah salah satu diantara mereka tersadar bahwa aku sedang
menatap mereka, lalu temannya itu segera menariknya pergi entah kemana. Setelah
mereka pergi , aku pun menghampiri , aku memegang ban motorku dan kulihat
motorku. Tak ada yang berbeda dari motorku bahkan ban motorku pun tidak kempes.
Aku masih bingung dengan kejadian saat itu.
Sejak kejadian itu, aku
tak pernah melihatnya berdiri di dekat motorku ataupun mendapatkan sebuah
hadiah “misterius”. Malah beberapa kali aku mendapatinya tengah di kantin
berdua dengan seorang cowok , duduk di lapangan atau berbicara dengan cowok
itu. Aku sempat berfikir bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun padaku, tapi
suatu hari aku justru melihatnya memakai jaket yang warnanya sama dengan
jaketku. Entah itu hanya kebetulan atau kesengajaan aku tak pernah
memperdulikannya.
Oh ya namaku Ardika
Gumilang teman-teman ku disini memanggilku Dika, tapi biasanya ada memanggilku
Kacung alias Dika Cungkring terutama anak-anak 12ips. Sebenarnya aku gak kurus,
hanya saja badanku yang tinggi , serta kaki ku yang panjang ini, membuatku
terlihat cungkring. Tapi kaki inilah yang kerap kali membantuku memenangkan
pertandingan futsal dan membawa nama sekolahku menjadi pemenangnya. Haha
setelah malam ini aku gak akan pernah lagi membawa nama Ganesha Internasional
menjadi juara futsal, tapi tenang masih ada junior-junior ku yang pasti bisa
mengulang kejayaan GI di olahraga futsal.
___
Aku masih bersandar di dinding kantin , menunggui Mery yang sedang
berbicara dengan bang Ega. Tiba-tiba hapeku bergetar “April” nama itu tertera
dilayar hapeku, aku pun lalu mengangkat telfon dari April “Halo, aku ada
dikantin , kalian dimana? Aku lagi nemenin Mery , yaudah ntar lagi aku ke
parkiran” aku pun mengakhiri perbincanganku dengan April. Aku menatap ke arah
Mery , ia masih asik berbicang dengan bang Ega , lebih baik sekarang aku pergi
menyusul April , Ara dan Anggi yang udah ada di lapangan daripada harus menjadi
obat nyamuk disini.
“April???????” aku berseru kaget
melihat April yang terlihat sangat anggun malam ini. Dress warna merah begitu
pas dengan badannya yang seperti gitar spanyol hhahaha. “Kenapa kamu menatapku
seperti itu?” ia protes karena aku menatapnya dengan penuh keanehan “Apa aku
terlihat seperti orang bodoh dengan gaun ini, aakkhh ini ide dari mereka” April
menjelek-jelekan dirinya lalu menyalahi Ara dan Anggi yang telah menyulapnya
seperti bidadari malam ini. “Cantik banget kamu malam ini , Pril” aku memujinya
sambil terus menatapnya dari atas kebawah terutama dengan highheels yang dia pakai.
“Kamu memuji atau mengejek?” tanyanya ketus. “Muji dong” jawabku mantap
“apalagi dengan highheels mu itu. Aku baru tau bahwa kau bisa memakai highheels
seperti itu”. “Dia sudah berlatih memakai highheels dari 2minggu lalu, sengaja
dipersiapkan untuk malam ini. Highheels itu baru dibeli 3hari yang lalu, pas
belajar kemaren dia pake highheels mamanya” Anggi yang menjawab pertanyaanku
tadi. Aku hanya tertawa mendengar penjelasan Anggi. “Kenapa kamu tertawa? Ini
salah kamu , memaksaku untuk datang ke acara ini apalagi dengan pakaian seperti
ini” April menarik-narik gaunnya. “aakkhh kalian terlalu banyak omong , ayo
masuk” Ara mengakhiri keanehan ku yang tak henti-hentinya menatap April “Aku
yakin pas kita masuk pasti banyak yang merhatiin April” Anggi mencoba
mengeluarkan imajinasinya.
Ternyata benar apa kata Anggi tadi,
banyak orang terheran-heran menatap perubahan April malam ini “Kenapa sih
orang-orang ini ngeliatin aku kayak ngeliat hantu” April mulai risih. “Hahaha ,
ini latihan buat jadi artis, Pril” Ara berujar agar April nggak semakin risih
dan memutuskan untuk pulang awal hanya karena orang-orang terus menatapnya “oh
iya ya aku lupa , mulai sekarang aku harus terbiasa dengan kondisi seperti ini”
tingkat ke pedean April naik lagi. “aku ke ruang band dulu ya soalnya aku mao
ngurus beberapa acara” ujarku pamit “eh, Vel band nya Raga udah nampil blom?”
tanya April sebelum aku masuk keruang band. “blom. band pacarmu itu blom
nampil” aku mengejeknya “dia bukan pacarku” jawabnya ketus lalu pergi. Aku tak
perlu aneh dengan sikap April seperti ini , ia sudah biasa mencari-cari Raga
namun saat diejek Raga adalah pacarnya , ia pasti marah hanya karna Raga udah
punya pacar bernama Cynthia :D
“Dek , mana jadwal acara” tanya Kak
Bela, senior ku di MPK. Aku lalu menyerahkan buku padanya. Ia membaca buku ku
sebentar. “Acaranya ada yang diganti nih, tadi kata si Dayat*ketua OSIS* habis
kata sambutan kepsek masukin band Raga aja dulu jadi anak-anak gak terlalu
bosen. Mending sekarang kamu cari kak Veny, terus jelasin ini”. Aku hanya
mengangguk pelan, lalu mencari kak Veny yang jd mc acara malam ini kebetulan
dia duduk disamping pensi. “Kak..............” “Oke” jawab kak Veny mengerti
penjelasanku tadi.
Aku pun lalu mencari bang Raga untuk memberitaunya bahwa setelah ini band
nya nampil dan dia harus siap-siap. Aku mencarinya ke kantin dia gak ada. Di
lapangan basket dia juga gak ada, di Wc juga gak ada, di kelas juga gak ada.
Akhirnya aku memutuskan mencarinya di parkiran. Benar saja. Ia ada disitu
bersama beberapa orang temannya. Aku pun berjalan menghampirinya , namun
langkahku terhenti saat aku menyadari bahwa ada bang Dika ditengah kerumunan
itu, tapi aku harus tetap memberi tau bang Raga, kalo enggak aku bisa dimarahin
kak Bela.
“Bang Raga” aku mencoba memanggilnya dan
saat itu pula mereka semua menoleh ke arah ku “Bang bisa kesini sebentar” aku
mengajaknya untuk keluar dari kerumunan itu. Ia pun menjatukan rokoknya lalu
menghampiri ku.
___
Aku tengah menikmati
rokok dengan beberapa orang temanku dan adik kelas ku, kami sengaja merokok
disini agar tak banyak orang yang melihat. “Bang Raga” aku mendengar suara
seseorang memanggil Raga yang membuat kami semua langsung salah tingkah. Aku
pun menoleh ke arah suara itu, ternyata itu ‘dia’. Loh dia kenal sama Raga? Aku
terus menatap ke arahnya, Raga pun meninggalkan kami lalu menghampirinya. Aku
terus melihat ke arah Raga dan ‘dia’ , berharap aku tau apa yang mereka
perbincangkan.
Tak perlu waktu lama,
Raga kembali berkumpul dengan kami “Ada apa, Ga” tanyaku mencoba mencari tau.
“dia menyuruhku untuk mempersiapkan diri, karna setelah kepsek ngasih sambutan
About Story nampil” ujar Raga sambil membuang rokoknya. “Emang tadi tuh siapa?”
tanyaku lagi “aaaakkhh siapa ya namanya, entah aku lupa pokoknya dia salah satu
anak OSIS-MPK disini”. Fak. Aku kira Raga tau siapa nama cewek itu, ternyata
Raga lupa.
Rasa penasaran ku untuk
tau tentang dirinya semakin besar dan kuat. Berkali kali aku menghembuskan
rokokku , mencoba menghapuskan rasa penasaran ini, namun tak bisa ku lakukan. Aku
pun memutuskan untuk masuk ke gedung sekolah untuk mencari tau tentang dia.
“Mau kemana, dik?” tanya Anjas saat melihatku menginjak putung rokok. “Aku mau
kedalam sebentar” ujar ku singkat. Lalu aku meninggalkan kerumanan
“setan-setan” itu
Aku sempat celingak-celinguk
beberapa kali mencari dia. Suara kepsek masih menggema dari pensi. Aku pun
berlari menuju pensi, aku fikir dia pasti ada disekitar pensi karena kata Raga
tadi dia adalah anak OSIS pasti dia gak jauh-jauh dari pensi.
Ternyata dugaan ku salah
aku tak melihat dia disekitar pensi, bahkan bisa dibilang tak ada siswa disitu
hanya orangtua murid yang sedang duduk mendengarkan ocehan sampah dari kepsek. Aku
pun menjauh dari pensi, saat aku menuju ke kantin aku sempat berpapasan dengan
Ega “Etsaahh, cewek baru Ga?” aku mengejek Ega saat ia bergandengan dengan
seorang adek kelas “Hahah begitulah” jawabnya sambil memberi senyum penuh makna
“Kalian mau kemana?” “aku sama dia mau jalan dulu, ntar balik lagi kesini. Oya
tadi kau dicari sama Tiara, katanya dia mau ngomong” shit. Ngapain lagi tuh
cwek cari-cari aku. Sialan. “Okedeh , dik kita jalan dulu. Daaa” aku hanya
mengangkat alis kanan ku.
Aku berjalan lagi
keliling-keliling mencari dia. Namun aku tak bisa menemukannya mulai dari
kantin , kelas , sampai... Loh bukannya cwek yang tadi sama Ega itu, juga cwek
yang tadi sama ‘dia’ hah kenapa aku gak nanya nama ‘dia’ sama cwek Ega aja. Aku
pun balik lagi ke depan sekolah. Tapi sialnya saat aku baru keluar pintu lobi ,
aku sudah melihat mobil Ega keluar dari pagar. Akh sial mengapa aku tidak
mengingat dari tadi. Dengan langkah gontai aku masuk lagi kedalam sekolah. Raut
wajahku berubah menjadi semangat saat aku melihat ‘dia’ baru keluar dari ruang
guru. Aku mencoba menghampirinya. Stak. Langkah ku terhenti saat aku melihat
seorang cwok juga keluar dari ruang guru. Hah? Cwok itu lagi? Ngapain mereka
berdua di ruang guru? Aku terus memperhatikan mereka berdua. ‘dia’ tampaknya
sadar bahwa aku memperhatikannya. Mereka berdua berbincang sejenak, lalu
kemudian pergi meninggalkan ruang guru, sambil si cowok merangkul ‘dia’ aku
mengikuti mereka sampai tiba...
“Dika...” Tiara muncul dihadapan ku dengan wajah
genitnya. Membuatku menghentikan langkahku dan kehilangan arah kemana ‘dia’
pergi. “ngapain kamu disini?” tanya ku ketus. “Dika aku mau bicara sebentar”
Tiara lalu menarik tanganku. “Ah, enggak !” aku melepaskan tanganku dari Tiara.
“Aku mohon dika malam ini saja, berikan aku kesempatan” Tiara memohon padaku.
Akhirnya aku ikut dengan nya menuju sudut sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar