Ini mimpi? Ini kenyataan? Atau ini mimpi yang menjadi kenyataan? Aku terus
bertanya saat dia....... Aku sadar. Ini nyata. Iya ini nyata, saat aku membuka
mataku ternyata dia tepat di depan mataku. Dia memejamkan matanya, dan dia...
dan dia.. dan dia... dan dia...“AHH’ aku mendorongnya sekuat tenaga. Dia
terlepas. Dia menatapku lekat-lekat. Aku masih tak percaya bahwa kami tadi
berciuman. Iya itu berciuman dan itu rasanya berciuman dengan orang yang selama
ini kita sayangi kita sukai. Itu rasanya. Itukan rasanya? Hah? Bang Dika
menciumku? Aku menatapnya. Dia menatapku juga. “its a first kiss?” ia membuka
suara, memecahkan keheningan yang selama ini terjadi. Baru kaliini aku
mendengar suaranya dan baru kali ini pula aku berciuman dan itu dengan dia.
Dengan Ardika Gumilang. Aku terdiam. Speechless. Aku tak tau lagi apa yang
ingin aku katakan , apa yang ingin aku ungkapkan. Aku masih berdiri disini.
Terdiam. Terhenyak. Shock. Kagum. Senang. Unbelivable. Semua bercampur.
___
Aku mencengkram lengannya, lalu aku membawanya ke
pondok karena dia terlalu lama berdiam diri di sudut lapangan ini, ditambah
lagi hujan yang semakin lebat. Aku dudukan dia di bangku. Bibirnya pucat dan
dia tampak menggigil. Aku membuka jaket merahku lalu aku membalutkan jaket
merah ini di tubuhnya. Ia lalu memandangku. Dalam sedalamnya. “kenapa abang
emmm men.....” sepertinya dia malu untuk mengucapkan kata ‘ciuman’ , aku
langsung menjawabnya “aku sayang kamu” wajahnya sontak berubah. Ah aku bodoh
mengapa tiba-tiba aku sampai senekat ini? Mencium seorang cewek yang aku
sendiri belum tau siapa namanya dan sekarang aku malah langsung bilang kalau
aku sayang sama dia. Yayaya aku memang sayang sama dia, tapi kan aku belum tau
siapa namanya lalu kenapa aku langsung menciumnya saat dia akan menghampiriku.
Ah bodoh, mengapa aku baru menyadarinya sekarang? Sial pasti dia akan sangat
membenciku. Aku lalu menundukkan wajahku, aku sama sekali tak berani menatap
wajahnya.
___
Hening. Tak ada satupun diantara kami yang berani angkat bicara hanya ada
keributan dari dari tetes air hujan yang semakin lebat. Aku mencoba menatapnya
yang duduk tepat disebelahku. Ia tertunduk diam. Aku mencoba untuk mengatakan
sesuatu padanya, tapi gimana dengan kak Tiara, bukannya aku udah janji kalo aku
akan melupakan bang Dika?. “Bang Dika mantannya kak Tiara kan” aku mulai
membuka suara. Memberanikan diri lebih tepatnya. Wajahnya yang semulanya tertunduk
lemas, langsung menjadi kaget “tunggu sebelum aku menjawab itu lebih lanjut,
siapa nama kamu?” bang Dika bertanya dengan tergesa-gesa. “Vella” jawabku datar
dan apa adanya tanpa berfikiran apa-apa. “Bukannya nama kamu chika kan?” hah?
Darimana bang Dika tau kalau namaku Chika? Jangan jangan.... “Kenapa kamu gak
menjawab?” tanyanya membuyarkan lamunan ku. “emmmm aku... aku” ah sial aku
bingung mau jawab apa. Apakah bang Dika udah tau, kalau yang waktu itu sms dia
itu aku.
Yaa atas suruhan kak Tiara waktu itu, aku sengaja sms bang Dika pake nama
Chika. Kak Tiara yang saat itu baru putus dengan Bang Dika, minta tolong sama
aku agar bisa membuat mereka balikan. Tapi saat itu aku malah mempergunakan
kepercayaan kak Tiara untuk menyatakan perasaanku pada bang Dika. Tapi saat itu
aku adalah Chika dan bukan Vella. Bahkan saat itu aku gak ada bilang sama Bang
Dika kalo aku sekolah di Ganesha International, lalu darimana dia tau kalo
namaku Chika? “kenapa kamu diam? Kenapa kamu harus takut untuk mengakui
semuanya?” tanyanya lagi. “iya aku Chika, Chika itu panggilan ku dirumah jadi
sekarang bang Dika udah tau semua kan? Bang Dika udah tau gimana perasaan aku
dan....” dia langsung memelukku. Lagi-lagi dia melakukan semuanya langsung dan
spontan. Aku bener-bener gak ngerti. “Kenapa kamu gak mengakui ini semua secara
langsung, kenapa kamu gak bilang kalo Chika itu kamu?” tanyanya. “Aku...aku...
aku gak mungkin mengakui bahwa Chika itu Vella. Karena..... karena ada teman ku
yang juga suka bahkan sayang sama bang Dika” jawabku masih dalam pelukannya.
“Kenapa kamu harus merelakan perasaan kamu hanya demi teman kamu itu? Bukankah
kamu tau bahwa yang salah itu teman kamu, dia yang ninggalin, dia yang selingkuhin
aku, dia yang ngelupain aku jadi wajar kalau seandainya aku mutusin dia.”
Jawabnya itu seakan dia tau bahwa “teman” yang aku maksud tadi itu adalah Kak
Tiara. Aku lalu mendorong bahunya dengan pelan dengan maksud dia melepaskan
pelukannya itu. “Maksud bang Dika apa?” tanyaku pura-pura bodoh seakan aku gak
ngerti siapa yang bang Dika maksud. “Aku udah tau semuanya, aku mendengar
percakapan kamu dengan Tiara di lapangan basket tadi...” haaaa dia denger
semuanya “Kenapa sih kamu harus merelakan perasaan kamu ke aku cuman demi dia.
Kamu tau sendirikan, dia yang ninggalin aku. Dia yang selingkuhin aku, dia yang
jahat sama aku. Bukan AKU !! Wajar kalau aku ninggalin dia dan sekarang kamu
mau nyuruh aku untuk kembali padanya? Gak mungkin !” ujarnya penuh emosi. Aku
terdiam. Dan aku hanya benar-benar bisa diam. Aku gak tau lagi mau jawab apa.
Bener juga sih apa kata bang Dika. Tapi....
___
Aku udah jelasin semua ke dia, dia yang kini aku tau
namanya adalah ‘Vella’ dan dia juga yang bernama ‘Chika’ aku lega bisa tau
namanya dan menyatakan semua perasaan ku padanya, tapi kenapa dia malah diam?
Apa karena aku membentaknya terlalu keras? “Kamu marah sama aku” aku
benar-benar merasa bersalah karena telah membentaknya. Dia hanya menggeleng.
“Maafin abang, Vel kalo tadi abang bentak kamu” yeah baru kaliini aku manggil
dia Vella. :D tapi kenapa dia masih diam. “Kamu kenapa?” aku mulai khawatir.
“Aku..aku udah janji sama Kak Tiara kalau aku bakal ngelupain bang Dika” dia
mencoba jujur padaku. “Vel, Vella tau kan yang salah itu Tiara, Tiara yang
jahat sama abang bukan abang. Apa abang salah kalau abang ninggalin dia? Apa
kamu mau maksa abang buat balikan sama dia? Percuma Vel. Abang gak akan perna
mau” kali ini aku memberikan pemahaman padanya dengan nada yang yaaa bisa dibilang
lembut laaahh sambil menatap wajahnya lekat-lekat “Tapi bang....” aku memotong
pembicaraannya aku bosen kalo harus ngebahas Tiara “Sekarang Vella uda tau kan
gimana perasaan abang? Dan sekarang abang juga udah tau gimana perasaan Vella.
Apakah Vel....” kali ini malah aku yang memotong omongan aku sendiri. Aku baru
ingat bukankah Vella udah ada cowok. “Kenapa bang?” tanyanya pelan “Vel, cowok
yang biasa sama Vella tuh siapa?” tanyaku tanpa basa-basi lagi “cowok yang
mana?” dia malah balik bertanya “itutuh yang kurus, tinggi agak item” aku
mencoba mendeskripsikan cowok itu “ohhh, itu. Itu Adrian bang temen aku.”
Temen? Dia bilang itu temen? Berarti dia gak punya pacar dong. Single. Ahahaa
dia single. “kenapa abang senyum-senyum sendiri?” dia bertanya dengan sedikit
senyumannya dan itu benar-benar manis. “ah enggak” ujarku agar dia tidak
terlalu penasaran. Dan dia hanya
tersenyum kecil. Aku terdiam. Dia terdiam. Namun hujan belum juga diam, masih
asik mengguyur bumi. Perlahan tapi pasti aku mendekatinya. Dekat. Dekat dan....
___
Suasana menghening lagi. Dan kami.... ah sial kenapa harus ini lagi.
Terulang. Tapi ini kayak yang ada di tipi tipi gitu, di pilem pilem. Kissing
pas hujan. Romantis gitu kesannya. Hahahha. Aku melepaskan bibirku saat dia
masih melumat bibirku. Aku terdiam menatapnya sedalam mungkin. “Aku udah lama
nungguin kamu. Nyariin kamu. Penasaran tentang kamu dan sekarang aku mohon
jangan pernah pergi lagi. Aku ingin malam ini bukan hanya menjadi malam
terakhir aku disekolah ini, tapi juga menjadi malam terakhir aku mencari
cinta” hah? Beneran nih bang Dika
ngomong? Dia gak lagi tidur kan? “Kamu mau kan be the last for me?” tanyanya
lagi. “its Real?” tanyaku tak percaya. “its like your dream. Do you want?”
tanyanya lagi sambil mengenggam tanganku dengan erat. Aku hanya mengangguk
pelan. Dia lalu memelukku. Aku balas memeluknya. Aku bisa merasakan kehangatan
dari hatinya. Kak Tiara maafin aku ya, ini juga salah kak Tiara sendiri yang
gak menjaganya cinta sejatinya kakak. Kalau kakak sayang, kenapa kakak harus
selingkuhin bang Dika?
___
Akhirnya setelah sekian lama aku nunggu, rasa
penasaran aku, rasa sesak aku, dan semuanya telah hilang. Kini ‘dia’ yang
selama ini aku cari ada dihadapan aku dan tengah dalam pelukanku.
Tiara, ini semua salah kamu. Kenapa kamu ninggalin aku
dulu? Kenapa kamu selingkuhin aku? Sekarang aku gak akan pernah kembali ke
kamu. Karna aku uda nemuin yang lebih dari kamu, seseorang yang bener-bener
sayang sama aku, yang tulus sama aku dan aku berharap dia yang terakhir.
“Velaaaaaa”
seseorang memanggil nama Vella yang sontak membuatku melepaskan pelukanku
darinya
“Bang desta” aku kaget luar
biasa, jangan-jangan dia ngeliat kalo aku tadi pel..... “Ah absennya” aku
menepuk keningku , aku baru inget kalo tujuan aku nyari bang Dika adalah minta
tanda tangan kehadirannya. Tapi absennya basah.
“Kenapa?” tanyaku saat aku melihat kepanikannya. “aku lupa, tujuan aku kesini tuh
sebenernya untuk minta tanda tangan bang Dika” dia menyodorkan sebuah kertas
yang sudah basah kepadaku. “Sini kertasnya. Kamu tunggu disini, biar aku yang
ngurusin” aku meraih kertas itu. Lalu menghampiri cowok yang tadi manggil nama
Vella.
“Nih,
absennya. Sorry absennya basah soalnya tadi dia jatuh” ujarku pada cowok yang sepertinya
senior Vella di OSIS. Tampaknya dia tidak terima kalau absennya basah. “Kenapa?
Mendingan kamu balik gih sana. Intinya semua anak ips3 hadir jadi gak perlu
lagi tuh absen.” “yang bener bang?” tanyanya kepadaku. “Aku nih ketua kelas,
aku tau siapa anak buah aku yang dateng. Udah sana pergi” aku mengusirnya dan
sedikit berbohong, “Oya bang, bentar lagi giliran anak 12 buat nampil” ia
memberi tau padaku. aku hanya mengangguk saja lalu membiarkan dia pergi.
“Ada
apa bang? Bang Desta marah gak?” tanyanya dengan cemas, saat aku kembali ke
pondok. “ah enggak ada apa-apa kok, tenang aja.” Aku merangkulnya.
___
Bang Dika berhasil ngebuat bang Desta pergi tanpa perlu marah-marah sama
aku. Gak tau kenapa kali ini aku benar-benar merasa lega. Senyumnya itu
membuatku tenang.
Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundakku.
Sepertinya dia udah mulai merasa nyaman dengan ku. Syukurlah. Aku biarkan saja
dia seperti ini.
“Aku
fikir malam ini, aku gak akan bertemu denganmu” ujarku. “Bukannya kita sering ketemu bang?”
“yaa
seriing sih tapi kan aku gak tau siapa nama kamu.”
“nama
aku kan chika” jawabnya dengan nada sedikit tertawa.
“Kenapa
sih kamu mau nolongin Tiara untuk balikan sama aku padahal kamu sendiri sayang
sama aku?”
Dia membetulkan posisinya. Mengangkat kepalanya dari
pundakku dan menyenderkan badannya di bangku “Abisnya kalo aku gak nolongin kak
Tiara , darimana aku dapet nmr bang Dika” jawabnya jujur
“berarti kamu nolongin dia bukan karena kamu mau
nolongin dia balikan sama aku dong.”
“Nah
itu uda tau ngapain nanya lagi”
“Lalu
darimana kamu kenal sama Tiara, bukannya Tiara itu senior yang paling gak disukai
sama juniornya ya?”
“Kak
Tiara itu mantan pacarnya Bang Ridwan nah Bang Ridwan itu abang aku. Kak Tiara
sama Bang Ridwan itu pacaran waktu mereka SMA kelas 11 makanya aku deket sama
dia” “ooohh gitu” “Sebenernya dari awal aku uda bilang sama Kak Tiara, kalo
bang Dika gak bakal mau balikan sama Kak Tiara, tapi tetep aja kak Tiara maksa
aku yaudah aku iyain aja, tapi... aku bukannya malah bantu kak Tiara”
“Kamu
tau darimana kalo aku nggak bakal mau balikan sama Tiara? Aku kan gak pernah
cerita tentang itu, lagipula kamu tidak pernah mempertanyakan tentang itukan?”
“Secara
gitu bang, yang salah itu kak Tiara, kan Kak Tiara yang selingkuh jadi wajar
aja bang Dika gak mau balikan sama dia. Kayaknya semua orang uda pasti kayak
gitu kali bang, siapa juga mau balikan sama orang yang uda gak setia lagi yang
udah mengkhianti kita” jawabnya panjang lebar dan penuh kata-kata kiasan.
Aku lalu mengegenggam tangannya erat “Makanya kamu
jangan pernah mengkhianati kepercayaan aku ke kamu ya. Aku mohon. Aku gak mau
kamu pergi.” Aku langsung memeluknya seraya berkata “You’re my expectation”
“And
you’re my only hope” balasnya sambil tersenyum sangaat manis J
Tiba-tiba aku hape ku yang berada diatas meja
berbunyi, aku melihat layar hape “Afrian?” “Halo yan” “Wei Cung, kau dmana?
Acara udah mau mulai nih, sinilah cepeten” ujar Afrian di seberang sana. “iya
iya aku kesana” “cepet yaaa” ujarnya lalu mematikan telfon.
“Kenapa bang?” tanyaku
setelah bang Dika mengakhiri percakapannya dengan bang Afrian. “Ke pensi yuk,
acara puncak uda mau dimulai” jawabnya sambil menarik tanganku, mengajakku
pergi meninggal pondok. Aku pun mengikutinya.
Hujan sudah mulai reda. Sepanjang perjalanan menuju pensi bang Dika terus menggenggam
tanganku. Jujur aku takut, apalagi kalau sampai Kak Tiara tau. “Bang, bisa
lepasin gak?” pintaku pada bang Dika saat kami sudah mulai dekat dengan pensi.
“Kenapa? Kamu takut sama Tiara?” tanyanya dan aku hanya mengangguk pelan. Bang
Dika tidak menjawab , bukannya dia malah melepaskan genggaman tangannya tapi dia
malah semakin kuat mengenggam tanganku dan terus menarikku ke daerah pensi. Aku
hanya bisa menunduk saja.
“Anak siapa kau culik,
Cung?” tanya seseorang yang sepertinya itu suara Bang Rama. “Entah, tadi aku
ketemu dia di dekat lapangan bola, jadi aku bawa kesini jak kayaknya sih anak
hilang” jawab Dika ngelawak. Ah kempet bukannya dia malah ngasi tau siapa
namaku malah dia bilang aku anak ilang. Tapi yaudahla... “Wei dek, kok kau nunduk
terus?” sepertinya bang Rama bertanya padaku dan aku hanya diam saja. “Bisu ke
dia nih Cung?” tanya bang Rama pada bang Dika. Ihh emanglah Bang Rama nih.
“Bukan gitu, Ram dia nih malu mukanya jelek makanya nunduk terus” Yaelah Bang
Dika gak sampe sebegitunya juga kali –“ “Dek, masak kau dibilang jelek sama
Kacung. Dalah dek putuskan jak” bang Rama mulai jahil lagi. “Eh Ram, janganlah
gitu” jawab Bang Dika menolak permintaan Bang Rama. Bang Rama hanya tertawa
mendengar ucapan Bang Dika. “Hahaha gak deh.
Kami berdiri di seberang pensi, dari sini keriuhan begitu terdengar
nyaring saat satu-satu siswa kelas 12 dipanggil untuk naik ke panggung pensi,
dimulai dari 12ipa1. “12ips3 pasti lama” ujarku dengan nada bercanda. “Biarin
deh lama-lama, aku belum mau ngelepasin ini” jawab bang Dika sambil menatap
tangannya yang terus mengenggam tangannya. “Suatu saat genggaman ini pasti akan
terlepas bang” aku teringat bahwa bang Dika akan mengambil kuliah di luar kota.
“Kamu tenang aja, genggaman tangan ini bisa terlepas, tapi tidak untuk ini” ia
tersenyum sambil meletakkan tanganku di dadanya. Aku hanya tersenyum kecil
sambil menghembuskan nafas panjang. Lama kami terdiam sampai seseorang
menyadarkanku dari lamunan panjangku “Vella?” orang itu berseru. Hah? Itu Kak
Tiara, dia...dia...dia...melihat ke arah tanganku yang terus digenggam sama
bang Dika. “Kenapa harus kaget Tir?” tanya bang Dika ketus. Ah mati aku, Kak
Tiara pasti akan...”Bagusla kalo kamu uda nemuin orang yang tepat buat gantiin
posisi aku. Sekarang aku akan benar-benar tenang ninggalin kamu dan semua
kenangan kita disini.” Ucap kak Tiara sambil tersenyum sambil menatap bang Dika
“Maksud kak Tiara?” aku benar-benar tak mengerti. “Aku seneng kalo kamu jadian
sama Dika, dek. Aku yakin kamu orang yang tepat buat Dika” kak Tiara menatapku
sambil tersenyum, ini sama sekali jauh dari apa yang aku fikirkan tadi “Dik,
aku titip adek aku sama kamu. Kamu harus jagain dia ya, karna dia sayang banget
sama kamu. Kamu harus jadi Dika yang setia. Kamu gak boleh seperti aku” kini
kak Tiara mengarahkan bola matanya ke bang Dika. “Kamu tenang aja, Tir. Aku
bakal jagain dia kok” jawab bang Dika sambil tersenyum kecil. Kak Tiara lalu
pergi meninggalkan kami.
Bang Dika berjalan ke arah pensi, karena namanya telah dipanggil untuk
naik ke panggung. Aku pun menghampiri Ara dan Anggi yang masih asik duduk di
ujung lapangan pensi, mereka berdua sama-sama sibuk dengan handphone mereka.
“Darimana aja Vel? Kok baju kamu lembab gini?” tanya Ara saat memperhatikan
baju ku yang setengah lembab. “Tadi aku ke lapangan bola” “Hah ngapain kamu
kesana?” tanya Anggi. “Aku tadi........” maka aku pun bercerita pada Ara dan
Anggi tentang apa yang terjadi antara aku dan bang Dika tadi di lapangan bola,
saat aku tengah asik bercerita tiba-tiba April datang bersama Raga “Ciyeee,
pacaran nih sama bang Dika” “Eh kok tau pril?” darimana April tau, padahalkan
aku baru cerita sama Ara dan Anggi. April menyodorkan BB-nya padaku “Bang Dika
barusan tuh buat status itu” jelas April saat aku tengah membaca status BM bang
Dika “Gue lepasin tangan gue dari elo, tapi mata dan hati gue bakal ada untuk
loe @VellAdina” aku hanya tersenyum membacanya. “Ra, brarti ntar lagi kita
bakal dapet double PJ ni” Anggi menyikut siku Ara.”Enak banget yang pacaran
siapa, yang ditraktir siapa” ucap April dengan nada jutek, tapi kami tau bahwa
itu hanya candaan semata “Kalian mau PJ?” tanya bang Raga pada Ara dan Anggi.
Mereka mengangguk penuh semangat. “Minta aja tuh sama yang lagi di pensi” bang
Raga mengarahkan matanya ke arah Bang Dika “eehhh enak aja. Yang uda lama
jadian aja gak ada PJ kita. Uda mau setaun loh padahallll” aku mengarahkan
mataku ke Anggi....
___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar