Jumat, 26 Oktober 2012

i hope its will be real part4

Ini mimpi? Ini kenyataan? Atau ini mimpi yang menjadi kenyataan? Aku terus bertanya saat dia....... Aku sadar. Ini nyata. Iya ini nyata, saat aku membuka mataku ternyata dia tepat di depan mataku. Dia memejamkan matanya, dan dia... dan dia.. dan dia... dan dia...“AHH’ aku mendorongnya sekuat tenaga. Dia terlepas. Dia menatapku lekat-lekat. Aku masih tak percaya bahwa kami tadi berciuman. Iya itu berciuman dan itu rasanya berciuman dengan orang yang selama ini kita sayangi kita sukai. Itu rasanya. Itukan rasanya? Hah? Bang Dika menciumku? Aku menatapnya. Dia menatapku juga. “its a first kiss?” ia membuka suara, memecahkan keheningan yang selama ini terjadi. Baru kaliini aku mendengar suaranya dan baru kali ini pula aku berciuman dan itu dengan dia. Dengan Ardika Gumilang. Aku terdiam. Speechless. Aku tak tau lagi apa yang ingin aku katakan , apa yang ingin aku ungkapkan. Aku masih berdiri disini. Terdiam. Terhenyak. Shock. Kagum. Senang. Unbelivable. Semua bercampur.
___
Aku mencengkram lengannya, lalu aku membawanya ke pondok karena dia terlalu lama berdiam diri di sudut lapangan ini, ditambah lagi hujan yang semakin lebat. Aku dudukan dia di bangku. Bibirnya pucat dan dia tampak menggigil. Aku membuka jaket merahku lalu aku membalutkan jaket merah ini di tubuhnya. Ia lalu memandangku. Dalam sedalamnya. “kenapa abang emmm men.....” sepertinya dia malu untuk mengucapkan kata ‘ciuman’ , aku langsung menjawabnya “aku sayang kamu” wajahnya sontak berubah. Ah aku bodoh mengapa tiba-tiba aku sampai senekat ini? Mencium seorang cewek yang aku sendiri belum tau siapa namanya dan sekarang aku malah langsung bilang kalau aku sayang sama dia. Yayaya aku memang sayang sama dia, tapi kan aku belum tau siapa namanya lalu kenapa aku langsung menciumnya saat dia akan menghampiriku. Ah bodoh, mengapa aku baru menyadarinya sekarang? Sial pasti dia akan sangat membenciku. Aku lalu menundukkan wajahku, aku sama sekali tak berani menatap wajahnya.
___
Hening. Tak ada satupun diantara kami yang berani angkat bicara hanya ada keributan dari dari tetes air hujan yang semakin lebat. Aku mencoba menatapnya yang duduk tepat disebelahku. Ia tertunduk diam. Aku mencoba untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi gimana dengan kak Tiara, bukannya aku udah janji kalo aku akan melupakan bang Dika?. “Bang Dika mantannya kak Tiara kan” aku mulai membuka suara. Memberanikan diri lebih tepatnya. Wajahnya yang semulanya tertunduk lemas, langsung menjadi kaget “tunggu sebelum aku menjawab itu lebih lanjut, siapa nama kamu?” bang Dika bertanya dengan tergesa-gesa. “Vella” jawabku datar dan apa adanya tanpa berfikiran apa-apa. “Bukannya nama kamu chika kan?” hah? Darimana bang Dika tau kalau namaku Chika? Jangan jangan.... “Kenapa kamu gak menjawab?” tanyanya membuyarkan lamunan ku. “emmmm aku... aku” ah sial aku bingung mau jawab apa. Apakah bang Dika udah tau, kalau yang waktu itu sms dia itu aku.
Yaa atas suruhan kak Tiara waktu itu, aku sengaja sms bang Dika pake nama Chika. Kak Tiara yang saat itu baru putus dengan Bang Dika, minta tolong sama aku agar bisa membuat mereka balikan. Tapi saat itu aku malah mempergunakan kepercayaan kak Tiara untuk menyatakan perasaanku pada bang Dika. Tapi saat itu aku adalah Chika dan bukan Vella. Bahkan saat itu aku gak ada bilang sama Bang Dika kalo aku sekolah di Ganesha International, lalu darimana dia tau kalo namaku Chika? “kenapa kamu diam? Kenapa kamu harus takut untuk mengakui semuanya?” tanyanya lagi. “iya aku Chika, Chika itu panggilan ku dirumah jadi sekarang bang Dika udah tau semua kan? Bang Dika udah tau gimana perasaan aku dan....” dia langsung memelukku. Lagi-lagi dia melakukan semuanya langsung dan spontan. Aku bener-bener gak ngerti. “Kenapa kamu gak mengakui ini semua secara langsung, kenapa kamu gak bilang kalo Chika itu kamu?” tanyanya. “Aku...aku... aku gak mungkin mengakui bahwa Chika itu Vella. Karena..... karena ada teman ku yang juga suka bahkan sayang sama bang Dika” jawabku masih dalam pelukannya. “Kenapa kamu harus merelakan perasaan kamu hanya demi teman kamu itu? Bukankah kamu tau bahwa yang salah itu teman kamu, dia yang ninggalin, dia yang selingkuhin aku, dia yang ngelupain aku jadi wajar kalau seandainya aku mutusin dia.” Jawabnya itu seakan dia tau bahwa “teman” yang aku maksud tadi itu adalah Kak Tiara. Aku lalu mendorong bahunya dengan pelan dengan maksud dia melepaskan pelukannya itu. “Maksud bang Dika apa?” tanyaku pura-pura bodoh seakan aku gak ngerti siapa yang bang Dika maksud. “Aku udah tau semuanya, aku mendengar percakapan kamu dengan Tiara di lapangan basket tadi...” haaaa dia denger semuanya “Kenapa sih kamu harus merelakan perasaan kamu ke aku cuman demi dia. Kamu tau sendirikan, dia yang ninggalin aku. Dia yang selingkuhin aku, dia yang jahat sama aku. Bukan AKU !! Wajar kalau aku ninggalin dia dan sekarang kamu mau nyuruh aku untuk kembali padanya? Gak mungkin !” ujarnya penuh emosi. Aku terdiam. Dan aku hanya benar-benar bisa diam. Aku gak tau lagi mau jawab apa. Bener juga sih apa kata bang Dika. Tapi....
___
Aku udah jelasin semua ke dia, dia yang kini aku tau namanya adalah ‘Vella’ dan dia juga yang bernama ‘Chika’ aku lega bisa tau namanya dan menyatakan semua perasaan ku padanya, tapi kenapa dia malah diam? Apa karena aku membentaknya terlalu keras? “Kamu marah sama aku” aku benar-benar merasa bersalah karena telah membentaknya. Dia hanya menggeleng. “Maafin abang, Vel kalo tadi abang bentak kamu” yeah baru kaliini aku manggil dia Vella. :D tapi kenapa dia masih diam. “Kamu kenapa?” aku mulai khawatir. “Aku..aku udah janji sama Kak Tiara kalau aku bakal ngelupain bang Dika” dia mencoba jujur padaku. “Vel, Vella tau kan yang salah itu Tiara, Tiara yang jahat sama abang bukan abang. Apa abang salah kalau abang ninggalin dia? Apa kamu mau maksa abang buat balikan sama dia? Percuma Vel. Abang gak akan perna mau” kali ini aku memberikan pemahaman padanya dengan nada yang yaaa bisa dibilang lembut laaahh sambil menatap wajahnya lekat-lekat “Tapi bang....” aku memotong pembicaraannya aku bosen kalo harus ngebahas Tiara “Sekarang Vella uda tau kan gimana perasaan abang? Dan sekarang abang juga udah tau gimana perasaan Vella. Apakah Vel....” kali ini malah aku yang memotong omongan aku sendiri. Aku baru ingat bukankah Vella udah ada cowok. “Kenapa bang?” tanyanya pelan “Vel, cowok yang biasa sama Vella tuh siapa?” tanyaku tanpa basa-basi lagi “cowok yang mana?” dia malah balik bertanya “itutuh yang kurus, tinggi agak item” aku mencoba mendeskripsikan cowok itu “ohhh, itu. Itu Adrian bang temen aku.” Temen? Dia bilang itu temen? Berarti dia gak punya pacar dong. Single. Ahahaa dia single. “kenapa abang senyum-senyum sendiri?” dia bertanya dengan sedikit senyumannya dan itu benar-benar manis. “ah enggak” ujarku agar dia tidak terlalu penasaran.  Dan dia hanya tersenyum kecil. Aku terdiam. Dia terdiam. Namun hujan belum juga diam, masih asik mengguyur bumi. Perlahan tapi pasti aku mendekatinya. Dekat. Dekat dan....
___
Suasana menghening lagi. Dan kami.... ah sial kenapa harus ini lagi. Terulang. Tapi ini kayak yang ada di tipi tipi gitu, di pilem pilem. Kissing pas hujan. Romantis gitu kesannya. Hahahha. Aku melepaskan bibirku saat dia masih melumat bibirku. Aku terdiam menatapnya sedalam mungkin. “Aku udah lama nungguin kamu. Nyariin kamu. Penasaran tentang kamu dan sekarang aku mohon jangan pernah pergi lagi. Aku ingin malam ini bukan hanya menjadi malam terakhir aku disekolah ini, tapi juga menjadi malam terakhir aku mencari cinta”  hah? Beneran nih bang Dika ngomong? Dia gak lagi tidur kan? “Kamu mau kan be the last for me?” tanyanya lagi. “its Real?” tanyaku tak percaya. “its like your dream. Do you want?” tanyanya lagi sambil mengenggam tanganku dengan erat. Aku hanya mengangguk pelan. Dia lalu memelukku. Aku balas memeluknya. Aku bisa merasakan kehangatan dari hatinya. Kak Tiara maafin aku ya, ini juga salah kak Tiara sendiri yang gak menjaganya cinta sejatinya kakak. Kalau kakak sayang, kenapa kakak harus selingkuhin bang Dika?
___
Akhirnya setelah sekian lama aku nunggu, rasa penasaran aku, rasa sesak aku, dan semuanya telah hilang. Kini ‘dia’ yang selama ini aku cari ada dihadapan aku dan tengah dalam pelukanku.
Tiara, ini semua salah kamu. Kenapa kamu ninggalin aku dulu? Kenapa kamu selingkuhin aku? Sekarang aku gak akan pernah kembali ke kamu. Karna aku uda nemuin yang lebih dari kamu, seseorang yang bener-bener sayang sama aku, yang tulus sama aku dan aku berharap dia yang terakhir.
            “Velaaaaaa” seseorang memanggil nama Vella yang sontak membuatku melepaskan pelukanku darinya
          “Bang desta” aku kaget luar biasa, jangan-jangan dia ngeliat kalo aku tadi pel..... “Ah absennya” aku menepuk keningku , aku baru inget kalo tujuan aku nyari bang Dika adalah minta tanda tangan kehadirannya. Tapi absennya basah.
          “Kenapa?” tanyaku saat aku melihat kepanikannya. “aku lupa, tujuan aku kesini tuh sebenernya untuk minta tanda tangan bang Dika” dia menyodorkan sebuah kertas yang sudah basah kepadaku. “Sini kertasnya. Kamu tunggu disini, biar aku yang ngurusin” aku meraih kertas itu. Lalu menghampiri cowok yang tadi manggil nama Vella.
            “Nih, absennya. Sorry absennya basah soalnya tadi dia jatuh” ujarku pada cowok yang sepertinya senior Vella di OSIS. Tampaknya dia tidak terima kalau absennya basah. “Kenapa? Mendingan kamu balik gih sana. Intinya semua anak ips3 hadir jadi gak perlu lagi tuh absen.” “yang bener bang?” tanyanya kepadaku. “Aku nih ketua kelas, aku tau siapa anak buah aku yang dateng. Udah sana pergi” aku mengusirnya dan sedikit berbohong, “Oya bang, bentar lagi giliran anak 12 buat nampil” ia memberi tau padaku. aku hanya mengangguk saja lalu membiarkan dia pergi.
            “Ada apa bang? Bang Desta marah gak?” tanyanya dengan cemas, saat aku kembali ke pondok. “ah enggak ada apa-apa kok, tenang aja.” Aku merangkulnya.
___
Bang Dika berhasil ngebuat bang Desta pergi tanpa perlu marah-marah sama aku. Gak tau kenapa kali ini aku benar-benar merasa lega. Senyumnya itu membuatku tenang.
Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundakku. Sepertinya dia udah mulai merasa nyaman dengan ku. Syukurlah. Aku biarkan saja dia seperti ini.
            “Aku fikir malam ini, aku gak akan bertemu denganmu” ujarku.           “Bukannya kita sering ketemu bang?”
            “yaa seriing sih tapi kan aku gak tau siapa nama kamu.”
            “nama aku kan chika” jawabnya dengan nada sedikit tertawa.
            “Kenapa sih kamu mau nolongin Tiara untuk balikan sama aku padahal kamu sendiri sayang sama aku?”
Dia membetulkan posisinya. Mengangkat kepalanya dari pundakku dan menyenderkan badannya di bangku “Abisnya kalo aku gak nolongin kak Tiara , darimana aku dapet nmr bang Dika” jawabnya jujur
“berarti kamu nolongin dia bukan karena kamu mau nolongin dia balikan sama aku dong.”
            “Nah itu uda tau ngapain nanya lagi”
            “Lalu darimana kamu kenal sama Tiara, bukannya Tiara itu senior yang paling gak disukai sama juniornya ya?”
            “Kak Tiara itu mantan pacarnya Bang Ridwan nah Bang Ridwan itu abang aku. Kak Tiara sama Bang Ridwan itu pacaran waktu mereka SMA kelas 11 makanya aku deket sama dia” “ooohh gitu” “Sebenernya dari awal aku uda bilang sama Kak Tiara, kalo bang Dika gak bakal mau balikan sama Kak Tiara, tapi tetep aja kak Tiara maksa aku yaudah aku iyain aja, tapi... aku bukannya malah bantu kak Tiara”
            “Kamu tau darimana kalo aku nggak bakal mau balikan sama Tiara? Aku kan gak pernah cerita tentang itu, lagipula kamu tidak pernah mempertanyakan tentang itukan?”
            “Secara gitu bang, yang salah itu kak Tiara, kan Kak Tiara yang selingkuh jadi wajar aja bang Dika gak mau balikan sama dia. Kayaknya semua orang uda pasti kayak gitu kali bang, siapa juga mau balikan sama orang yang uda gak setia lagi yang udah mengkhianti kita” jawabnya panjang lebar dan penuh kata-kata kiasan.
Aku lalu mengegenggam tangannya erat “Makanya kamu jangan pernah mengkhianati kepercayaan aku ke kamu ya. Aku mohon. Aku gak mau kamu pergi.” Aku langsung memeluknya seraya berkata “You’re my expectation”
            “And you’re my only hope” balasnya sambil tersenyum sangaat manis J
Tiba-tiba aku hape ku yang berada diatas meja berbunyi, aku melihat layar hape “Afrian?” “Halo yan” “Wei Cung, kau dmana? Acara udah mau mulai nih, sinilah cepeten” ujar Afrian di seberang sana. “iya iya aku kesana” “cepet yaaa” ujarnya lalu mematikan telfon.
          “Kenapa bang?” tanyaku setelah bang Dika mengakhiri percakapannya dengan bang Afrian. “Ke pensi yuk, acara puncak uda mau dimulai” jawabnya sambil menarik tanganku, mengajakku pergi meninggal pondok. Aku pun mengikutinya.
Hujan sudah mulai reda. Sepanjang perjalanan menuju pensi bang Dika terus menggenggam tanganku. Jujur aku takut, apalagi kalau sampai Kak Tiara tau. “Bang, bisa lepasin gak?” pintaku pada bang Dika saat kami sudah mulai dekat dengan pensi. “Kenapa? Kamu takut sama Tiara?” tanyanya dan aku hanya mengangguk pelan. Bang Dika tidak menjawab , bukannya dia malah melepaskan genggaman tangannya tapi dia malah semakin kuat mengenggam tanganku dan terus menarikku ke daerah pensi. Aku hanya bisa menunduk saja.
          “Anak siapa kau culik, Cung?” tanya seseorang yang sepertinya itu suara Bang Rama. “Entah, tadi aku ketemu dia di dekat lapangan bola, jadi aku bawa kesini jak kayaknya sih anak hilang” jawab Dika ngelawak. Ah kempet bukannya dia malah ngasi tau siapa namaku malah dia bilang aku anak ilang. Tapi yaudahla... “Wei dek, kok kau nunduk terus?” sepertinya bang Rama bertanya padaku dan aku hanya diam saja. “Bisu ke dia nih Cung?” tanya bang Rama pada bang Dika. Ihh emanglah Bang Rama nih. “Bukan gitu, Ram dia nih malu mukanya jelek makanya nunduk terus” Yaelah Bang Dika gak sampe sebegitunya juga kali –“ “Dek, masak kau dibilang jelek sama Kacung. Dalah dek putuskan jak” bang Rama mulai jahil lagi. “Eh Ram, janganlah gitu” jawab Bang Dika menolak permintaan Bang Rama. Bang Rama hanya tertawa mendengar ucapan Bang Dika. “Hahaha gak deh.
Kami berdiri di seberang pensi, dari sini keriuhan begitu terdengar nyaring saat satu-satu siswa kelas 12 dipanggil untuk naik ke panggung pensi, dimulai dari 12ipa1. “12ips3 pasti lama” ujarku dengan nada bercanda. “Biarin deh lama-lama, aku belum mau ngelepasin ini” jawab bang Dika sambil menatap tangannya yang terus mengenggam tangannya. “Suatu saat genggaman ini pasti akan terlepas bang” aku teringat bahwa bang Dika akan mengambil kuliah di luar kota. “Kamu tenang aja, genggaman tangan ini bisa terlepas, tapi tidak untuk ini” ia tersenyum sambil meletakkan tanganku di dadanya. Aku hanya tersenyum kecil sambil menghembuskan nafas panjang. Lama kami terdiam sampai seseorang menyadarkanku dari lamunan panjangku “Vella?” orang itu berseru. Hah? Itu Kak Tiara, dia...dia...dia...melihat ke arah tanganku yang terus digenggam sama bang Dika. “Kenapa harus kaget Tir?” tanya bang Dika ketus. Ah mati aku, Kak Tiara pasti akan...”Bagusla kalo kamu uda nemuin orang yang tepat buat gantiin posisi aku. Sekarang aku akan benar-benar tenang ninggalin kamu dan semua kenangan kita disini.” Ucap kak Tiara sambil tersenyum sambil menatap bang Dika “Maksud kak Tiara?” aku benar-benar tak mengerti. “Aku seneng kalo kamu jadian sama Dika, dek. Aku yakin kamu orang yang tepat buat Dika” kak Tiara menatapku sambil tersenyum, ini sama sekali jauh dari apa yang aku fikirkan tadi “Dik, aku titip adek aku sama kamu. Kamu harus jagain dia ya, karna dia sayang banget sama kamu. Kamu harus jadi Dika yang setia. Kamu gak boleh seperti aku” kini kak Tiara mengarahkan bola matanya ke bang Dika. “Kamu tenang aja, Tir. Aku bakal jagain dia kok” jawab bang Dika sambil tersenyum kecil. Kak Tiara lalu pergi meninggalkan kami.
Bang Dika berjalan ke arah pensi, karena namanya telah dipanggil untuk naik ke panggung. Aku pun menghampiri Ara dan Anggi yang masih asik duduk di ujung lapangan pensi, mereka berdua sama-sama sibuk dengan handphone mereka. “Darimana aja Vel? Kok baju kamu lembab gini?” tanya Ara saat memperhatikan baju ku yang setengah lembab. “Tadi aku ke lapangan bola” “Hah ngapain kamu kesana?” tanya Anggi. “Aku tadi........” maka aku pun bercerita pada Ara dan Anggi tentang apa yang terjadi antara aku dan bang Dika tadi di lapangan bola, saat aku tengah asik bercerita tiba-tiba April datang bersama Raga “Ciyeee, pacaran nih sama bang Dika” “Eh kok tau pril?” darimana April tau, padahalkan aku baru cerita sama Ara dan Anggi. April menyodorkan BB-nya padaku “Bang Dika barusan tuh buat status itu” jelas April saat aku tengah membaca status BM bang Dika “Gue lepasin tangan gue dari elo, tapi mata dan hati gue bakal ada untuk loe @VellAdina” aku hanya tersenyum membacanya. “Ra, brarti ntar lagi kita bakal dapet double PJ ni” Anggi menyikut siku Ara.”Enak banget yang pacaran siapa, yang ditraktir siapa” ucap April dengan nada jutek, tapi kami tau bahwa itu hanya candaan semata “Kalian mau PJ?” tanya bang Raga pada Ara dan Anggi. Mereka mengangguk penuh semangat. “Minta aja tuh sama yang lagi di pensi” bang Raga mengarahkan matanya ke arah Bang Dika “eehhh enak aja. Yang uda lama jadian aja gak ada PJ kita. Uda mau setaun loh padahallll” aku mengarahkan mataku ke Anggi....
___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar